Entah karena hari yang dingin atau kenapa, mendadak saya menginginkan menu-menu yang hangat dan berkuah. Karena kebetulan sedang bosan dengan menu bakso dan soto, saya pun mencari menu berkuah lain yang bisa dibilang cukup jarang saya nikmati. Setelah bertanya beberapa teman, lalu saya mendapatkan rekomendasi untuk mencicipi sebuah warung bernama Gentong, yang menjajakan nasi bakmoy.

Saya sendiri terbilang sudah sangat lama tidak menyantap menu nasi bakmoy. Hal inilah yang kemudian membuat saya langsung mengarahkan motor saya ke Jl. Asem Gede, Kranggan, Jogja. Dulu, saya pernah mencicipi bakmoy di kantin kampus saya, dan itu sudah berlalu cukup lama. Saya cukup terkesan ketika mencicipi bakmoy pertama kalinya, dan kini semoga saya bisa kembali merasakan sensasi yang sama.

Rupanya warung ini memang spesialis menjajakan Nasi Bakmoy. Tanpa ragu-ragu, saya pun langsung memesan satu porsi bakmoy campur sebagai menu santap sore saya. Meski tidak berada pada jam makan siang ataupun malam, warung ini sudah ramai didatangi pengunjung. Banyaknya pengunjung ini rupanya tidak berpengaruh banyak pada durasi penyajian pesanan. Dengan cepat, pesanan saya sudah sampai ke meja saya.

Untuk saya porsinya terbilang pas namun jika dirasa kurang besar, warung ini menyediakan dalam bentuk pisah. Biasanya dalam bentuk pisah ini, nasinya memiliki porsi yang lebih besar dibandingkan campur. Perpaduan rasa manis dan gurih langsung terasa begitu mencicipi kuahnya yang berwarna kecoklatan. Potongan tahunya yang berbentuk dadu kecil-kecil dan suwiran ayam menjadi isian dari bakmoy ini. Rasanya yang sederhana namun lezat dan menyegarkan ini benar-benar memberi warna baru di tengah kebosanan saya pada menu berkuah yang itu-itu lagi.

Dengan harga yang berkisar dari Rp. 8.000 – Rp. 10.000, menu ini terbilang murah dan memberi tawaran rasa yang tidak mengecewakan. Yang perlu diperhatikan adalah pilihan bentuknya (pisah atau campur) karena pilihan itu menentukan besarnya porsi yang akan disantap.

Tags : Kuliner, Jogja, Bakmoy