Tanpa terasa penjelajahan saya sudah menginjak di hari ke-empat, yang juga merupakan hari terakhir saya berkeliling di Pasar Patuk. Meski ini warung ini menjadi jujugan terakhir saya namun bukan berarti warung nasi kuning ini menjadi tempat paling tidak menarik. Warung nasi kuning ini cukup terkenal dan direkomendasikan.

Terletak di pintu selatan Pasar Patuk, warung ini tampak penuh pengunjung yang seolah datang dan pergi. Karena takut kehabisan, saya pun memutuskan untuk menjadi bagian dari antrian warung nasi kuning tersebut. Ibu yang menjajakannya dengan ramah bercerita pada setiap pengunjung yang memesan. Tak lupa, suaminya bersiap membungkus semua nasi kuning yang sudah teracik di dalam bungkusan. Tiba giliran saya, saya pun memesan satu porsi nasi kuning lengkap plus dua sate ayam sebagai tambahan lauk.

Nasi kuning ini tak terlihat berbeda dari nasi kuning pada umumnya, yaitu nasi kuning, irisan telur dadar, kering kentang, abon, srundeng, dan sambal. Sederhana dan tak terlihat istimewa. Hal ini rupanya berkebalikan dengan rasanya yang sangat memikat. Nasi kuningnya yang gurih berpadu dengan srundeng (parutan kelapa) yang gurih dan manis, kering kentangnya yang pedas, dan sambalnya yang gurih dan tak terlalu pedas, benar-benar lezat. Meski didominasi rasa gurih yang mantap, rasa dari setiap lauk yang menjadi bagian dari menu ini masih terasa dan menghadirkan rasa yang kaya. Sate ayamnya yang sebenarnya memiliki rasa yang lezat pun seolah hanya menjadi pelengkap karena satu set lengkap menu nasi kuning ini sudah lezat tanpa tambahan lauk pendamping apapun.

Nasi kuning seharga Rp. 10.000 ini memang menjadi penutup yang sempurna setelah melakukan penjelajahan selama empat hari di Pasar Patuk. Sepertinya saya sudah tidak sabar untuk menjelajahi beberapa pasar lain di Jogja yang tentunya menyimpat keunikan serta potensi kuliner.

Bubur Gudeg Pasar Patuk

Pasar Patuk (di seberang pasar sisi selatan), Jl. Bhayangkara, Jogja

06.30 – 10.30 WIB

Tags : Kuliner, Jogja, Pasar, Pasar Patuk, Nasi, Nasi Kuning