Hal yang pertama kali membuat saya ingin menjelajahi Pasar Lempuyangan adalah jenang legendaris yang konon menjadi langganan beberapa tokoh penting, baik tingkat lokal maupun nasional. Nah, pencarian saya ini baru saya lakukanselepas mencicipi soto yang terletak di bagian depan pasar. Itung-itung sebagai hidangan penutup setelah sarapan.

Menurut petunjuk teman saya, begitu masuk ke dalam pasar, saya harus beelok kiri sampai ujung. Setelah sampai ujung, saya harus berbelok kanan dan berjalan mengikuti korido tersebut. Tak berapa lama, saya pun menemukan penjaja jenang yang saya cari-cari. Untunglah saya tidak harus mengantri panjang, hanya beberapa orang saja yang tampaknya ingin menyantap jenang hari ini. Saya pun memesan satu porsi jenang campur, yang terdiri dari sumsum, gempol, dan mutiara. Tiga jenis jenang yang menjadi favorit saya.

Setelah mendapatkannya, saya pun segera mencicipi jenang mix versi saya ini. Jenang sumsumnya terbilang cukup lezat namun masih tergolong standar. Tidak istimewa namun sama sekali tidak mengecewakan. Berikutnya adalah jenang gempolnya. Berbeda dengan jenang sumsumnya, jenang gempolnya yang terasa gurih, manis, dan sedikit kenyal namun crumbly ini cukup isitimewa dan memuaskan. Kombinasi rasa maupun teksturnya memang terasa menjanjikan dan dijamin bikin nagih. Jenang mutiara menutup santap jenang saya kali itu. Untuk saya, jenang inilah yang terasa begitu istimewa karena tidak saja rasanya yang memang lezat namun juga jenang ini terasa begitu aromatik. Wangi ketika disantap. Aroma mewangi inilah yang membuat menu ini terasa begitu unik dan memikat.

Saya pribadi tidak menyangka jika menu sesederhana ini masih mampu membuat orang yang menyantapnya terpikat.  Jenang bukanlah menu yang sedang naik daun. Keberadaannya memang tak pernah naik dan menjadi sangat populer namun menu jenang ini masih memiliki penggemar yang setia,

Jenang Pasar Lempuyangan

Pasar Lempuyangan, Jogja

07.00 – 11.30 WIB

Tags : Kuliner, Jogja, Pasar, Pasar Lempuyangan, Jenang, Jenang Mutiara, Jenang Sumsum