Dulu, saya pernah mengunjungi sebuah gerai kopi dimana teman saya menjadi pemasok menu dimsum di gerai kopi tersebut. Tak lama setelah itu, seorang teman baik tersebut mengabarkan ia baru saja membuka gerainya sendiri. Gerai yang menjadi rumah bagi dimsum-dimsum lezatnya tersebut.

Berbagai kesibukan menyita waktu saya sehingga saya belum berhasil menyempatkan diri mengunjungi gerainya yang berlokasi di Pasar Condronegaran, Jogja tersebut. Ia sudah berulang kali mengundang saya, saya pun berulang kali meminta maaf karena belum berhasil meluangkan waktu untuk mengunjunginya. Meski begitu, saya cukup mengikuti bagaimana warung mungil ini menjadi begitu terkenal melalui media sosial saya. Setiap kali melihat perkembangannya, saya melihat sebuah usaha yang awalnya saya lihat sebagai keisengan berkembang menjadi sesuatu yang besar. Setelah berbulan-bulan sejak dibukanya gerai kecil di tengah pasar tersebut, akhirnya saya berhasil mengunjunginya di penghujung tahun 2019.

Ketika tiba, setiap pengunjung harus mengambil antrian. Dengan baik hati,teman tersebut telah memberi saya antrian tersendiri. Sebuah nomor yang dapat langsung mendapatkan pelayanan. Saya pun memilih langsung dari wadah dimana dimsum-dimsum tersebut dipajang. Asap mengepul membuat saya semakin penasaran dan tak sabar untuk segera memilihnya. Selain mengambil dimsum-dimsumnya, saya mengambil dua porsi ceker ayam yang tampak kemerahan dan menggugah selera. Setelah memilih, saya pun duduk lesehan di sebuah tikar yang telah disediakan. Sangat membumi namun juga cukup nyaman untuk bersantap. Di gerai yang sederhana ini, tidak ada kemewahan dan kenyamanan alagerai kopi yang dulu pernah saya kunjungi. Meski begitu, suasana pasar yang riuh ini menghadirkan keakraban dan kehangatan. Semua duduk bersama, berdekatan meski tak berhimpitan. Semua menikmati dimsum sederhana nan menggugah selera ini. Sembari menikmati potong demi potong dimsum maupun ceker ayam yang lezat ini, saya menikmati suasana riuh pasar di malam hari. Sesekali gerakan kepulan asap dari dimsum yang hangat tampak menutupi wajah tiap pengunjung. Seketika keriuhan ini pun menjadi cukup puitis.

Meski malam itu seorang teman yang telah berbaik hati dengan memberikan antrian khusus tersebut tak hadir bersama saya namun kehangatan dan keramahannya hadir dalam bentuk potongan-potongan dimsum lezat nan menggugah selera di hadapan saya. Selalu senang mengetahui bagaimana mimpi-mimpi kecil perlahan menggelinding menjadi sesuatu yang lebih besar.

Uma Yumcha

Pasar Condronegaran, Gedong Kiwo, Jogja

17.00 – 22.00 WIB

Tags : Kuliner, Jogja, Yumcha, Condronegaran