Dulu, ketika saya masih kecil, saya kerap mengunjungi sebuah gerai bakso yang berada di seberang Gereja Kotabaru, Jogja, tak jauh dari kretek kewek. Baru-baru ini saya mengetahui jika warung bakso tersebut sudah tak beroperasi, dan berubah menjadi tempat nongkrong anak muda masa kini.

Yup, warung tersebut berubah menjadi gerai roti dan susu bernama Kretek Kewek 1872. Gerai ini tampak baru, dan kekinian. Tak heran jika anak mudah banyak berkumpul di gerai tersebut, khususnya selepas jam makan malam atau biasa disebut jam nongkrong. Saya pun mengetahui keberadaan warung ini karena kebetulan diajak bertemu oleh dua orang teman yang kebetulan datang dari luar kota. Pada saat itulah saya tahu warung kesayangan saya sudah hilang dan berganti wujud. Saya pun masuk, dan menuju area outdoor yang berada di belakang gerai tersebut. Menu yang ditawarkan termasuk variatif sampai-sampai membutuhkan waktu untuk saya dan kedua teman saya memutuskan. Setelah sekitar hampir 15 menit dan kesulitan memutuskan, kami pun memilih untuk memesan beberapa menu makanan maupun minuman sekaligus.

Menu pertama yang menjadi pesanan kami adalah Mi’in Tomyum, yang merupakan mie instan dengan citarasa tomyum yang dapat dipilih level pedasnya. Berhubung cuaca malam sedikit dingin, kami pun memutuskan memesan yang versi pedas. Mi tomyum yang disajikan tanpa kuah ini berhasil membuat keringat menetes. Rasa gurih, dan pedas-asam khas tomyumnya cukup berhasil membuat saya kenyang dan kepedasan. Menu berikutnya adalah Kemul Londo, yang merupakan roti yang berisi pisang dan keju lumer, yang dibalut dengan daun pisang lalu dibakar. Aroma bakarannya menghadirkan aroma yang khas pada menu ini. Sedangkan tekstur roti dan kejunya yang lembut, serta rasa manis dari pisangnya memberi kekayaan rasa pada menu roti bakar sederhana ini. Berikutnya, saya masih menyantap menu roti namun terbilang lebih sederhana. Roti berjudul Rel Sepur ini merupakan roti dengan topping keju parut dan choco-chips, serta diisi dengan wafer. Secara rasa sederhana dan tak istimewa namun secara tekstur memang cukup unik dan sedikit janggal. Menu makanan terakhir yang saya cicipi adalah Pikar Gamelan, pisang bakar dengan tambahan es krim dan oreo. Menu ini cukup ringan, sederhana, dan akrab di lidah. Untuk minumannya, kami memesan empat, yaitu Choco Parlente yang menghadirkan rasa coklat dan karamel dalam balutan rasa yang mewah, Milk Mocca yang memadukan coklat dan kopi, serta Ice Blended Tape dan Ice Blended Durian yang lezat dan unik.

Secara keseluruhan rasa yang ditawarkan di tiap menunya terbilang tidak lebay dan cukup akrab di lidah. Secara harga dan porsi pun terbilang seimbang. Jadi, meski di dalam hati saya masih merasakan perasaan kehilangan atas warung bakso andalan semasa kecil, saya cukup terpuaskan dengan menu-menu kekinian yang ditawarkan oleh Kretek Kewek 1872 ini.

Kretek Kewek 1872

Jl. Abubakar Ali, Kotabaru, Jogja

12.00 – 02.00 WIB

Tags : Kuliner, Jogja, Kopi, Susu, Roti Bakar, Nongkrong