Jujur, saya tidak tahu benar apa nama dari penjaja sate yang berada di Jl. Tukangan, Jogja tersebut. Tidak ada papan nama atau apapun yang menunjukkan identitasnya, hanya sebuah tempat untuk memasak serta menyimpan sate-sate serta bumbu yang belum dimasak. Meski begitu, sate yang dijajakan di pinggir jalan ini terkenal dengan sebutan Sate Tukangan.

Saya sengaja mengunjungi tepat pada waktu dimana sate tersebut mulai buka dan mangkal di ruas jalan tersebut, yaitu pukul. 16.30 WIB. Bahkan saat saya sampai, pedagang sate tersebut masih nampak mempersiapkan berbagai barang dan mengeluarkan semua sate mentah yang siap di bakar. Saya, dan beberapa pengunjung lain pun langsung bergegas memesan. Untuk santap sore saya saat itu, saya memesan satu porsi sate campur. Hal yang cukup membuat saya terkejut adalah bahwa ketika saya memesan, saya diberitahu bahwa sate-sate mentah yang tampak banyak tersebut hampir semuanya telah dipesan. Alhasil, sate yang dijajakan atau bisa dibeli pengunjung sore tersebut tinggal sedikit sekali. Benar-benar luar biasa.

Akhirnya menu sate pesanan saya pun sudah bisa saya santap. Dengan penuh rasa penasaran, saya pun langsung menyantapnya. Satenya terasa begitu lezat. Berbeda dengan sate-sate lain yang biasanya dimasak terlalu matang, sate ini dimasak dengan kematangan yang pas. Tekstur luarnya yang belum gosong dan masih lembut, berpadu dengan rasa daging ayamnya yang masih juicy. Benar-benar lezat. Bumbu kacangnya yang tak terlalu manis dan cenderung gurih pun menambah kelezatan menu sate ini. Mulai dari sate daging, ayam, kulit, hati, hingga uritannya pun terasa sama lezatnya.

Ngga heran jika sate yang legendaris ini konon selalu habis sebelum menginjak isya’. Kelezatan menu seharga kurang lebih Rp. 20.000 ini memang susah untuk ditundukkan oleh penjaja sate lainnya. Kelezatan sate yang tidak mungkin untuk dilewatkan.

Sate Ayam Tukangan

Jl. Tukangan, Jogja

16.30 – 18.30 WIB

Tags : Kuliner, Jogja, Sate, Sate Ayam