Ketika saya sedang dalam perjalanan mencari santap siang, tanpa sengaja saya memilih rute yang cukup jarang saya lintasi, yaitu Jl. Jembatan Merah, Jogja. Saya sendiri sebenarnya hanya penasaran seperti apa perkembangan ruas jalan ini setelah cukup lama saya tidak melintasinya sembari mencari potensi tempat untuk bersantap siang.

Di perjalanan random inilah saya tanpa sengaja bertemu dengan Ketoprak Pak Agus. Ketoprak ini bukanlah gerai mapan, ia hanya sebuah gerobak yang diparkir di depan kampus Universitas Mercu Buana Yogyakarta. Meski hanya gerobak, pengunjung yang berada di sekitar gerobak tersebut cukup mencuri perhatian karena banyak. Saya pun sedikit meneruskan perjalanan sampai akhirnya saya yakin bahwa gerobak ketoprak itulah yang saya inginkan untuk santap siang kali ini. Saya pun memutar arah balik, dan parkir motor tepat disamping gerobak ketoprak tersebut. Setelah turun dari motor, saya pun turut menjadi bagian dari antrian para pengunjung tersebut.

Tiba giliran saya, saya pun memesan seporsi ketoprak dengan rasa pedas sedang, dan tak lupa dilengkapi dengan telur rebus. Pak Agus dengan cekatan meracik satu per satu bahan. Saya yang duduk di sebuah kursi plastik tak jauh dari Pak Agus ini dapat melihat kecepatan tangannya meracik. Tak sampai 10 menit, menu ini sudah di tangan saya. Saya pun langsung menyantapnya. Rasa bumbu kacangnya yang gurih dan pedas terasa mantap di lidah. Komposisi tauge, bihun, irisan kubis, dan tahunya benar-benar terasa menyegarkan. Perpaduan gurih-pedas yang mantap serta kesegaran isiannya benar-benar menghadirkan rasa ketoprak yang lezat. Ngga kalah deh dari penjaja ketoprak lain yang jauh lebih populer. Telur rebusnya yang juga menjadi bagian dari menu ini pun berhasil memberikan lapisan tambahan rasa gurih. Meski sebenarnya menu ini adalah menu sederhana namun secara rasa terbukti memikat dan menggugah selera.

“Sudah berapa lama, Pak menjajakan menu ini?” Tanya saya penasaran karena dirinya terlihat seperti legenda di kalangan pecinta kuliner area ini.

“Baru dua-tiga tahun ini, Mas.” Jawabnya dengan ramah.

“Trus, biasanya berapa lama, Pak mangkal disini?” Tanya saya lagi.

“Paling tiga jam dah habis, Mas. Habis itu saya langsung pulang.” Jawabnya santai sembari meracik ketoprak untuk pelanggan lainnya.

Mendengar jawaban itu, saya cukup kaget karena dalam waktu yang relatif singkat, bapak ini seperti berhasil membuktikan bahwa ia adalah peracik ketoprak yang patut diperhitungkan.

Ketoprak Pak Agus

Jembatan Merah, Jogja

09.00 – 12.00 WIB

Tags : Kuliner, Jogja, Ketoprak