Besarnya nama sebuah tempat makan tidak selalu berimbas pada besarnya bangunan yang menaungi tempat makan tersebut. Bisa jadi nama yang besar muncul dari tempat-tempat yang kecil namun memiliki cita rasa yang “wah”. Salah satu contohnya adalah Soto Pak Dewo, yang terletak di selatan perempatan Jl. Kaliurang (Selatan Mirota Kampus).

Sejak pertama mengenal warung ini beberapa tahun yang lalu, rasanya tidak banyak yang berubah dari warung mungil ini. Baik lokasi maupun besarnya bangunan seolah tidak banyak berubah. Satu-satunya yang terlihat cukup berbeda adalah pengunjung yang semakin hari seolah semakin ramai, setidaknya itu yang saya lihat ketika saya kembali mengunjungi warung Soto Kudus Pak Dewo tersebut.

Saya pun memesan satu porsi Soto Kudus Campur sebagai menu makan siang saya. Hmmm, rasanya sudah cukup lama saya tidak mengunjungi warung ini, dan kini mendadak ingatan-ingatan saya tentang kelezatan rasanya kembali terbayang di kepala. Semakin tidak sabar untuk segera menyantap soto racikan Pak Dewo ini. Syukurlah sebelum rasa kangen saya semakin menggebu-gebu, semangkuk soto datang ke meja saya dan siap untuk disantap.

Tanpa menunggu terlalu lama, saya pun segera memulai menyantap menu soto tersebut. Rasanya masih senikmat yang dulu. Gurihnya kuah yang bercampur dengan irisan bawang putih goreng memberikan sensasi rasa yang kaya dan lezat. Tidak saja gurih, kuah soto ini terasa segar. Belum lagi irisan ayamnya yang menggoda, hmmm benar-benar membuat saya semakin lahap. Untuk menambah kekayaan rasa, saya pun segera mengambil satu tusuk sate telur puyuh sebagai lauk soto tersebut. Benar-benar lezat.

Setelah lebih dari dua tahun tidak mengunjungi warung ini, rasanya saya benar-benar bisa kembali untuk mencicipi Soto Kudus Pak Dewo ini. Seperti yang telah saya sebutkan, meski warungnya kecil rupanya Soto Kudus Pak Dewo berhasil membawa namanya menjadi besar. Dan bahkan, tak sedikit orang yang secara rutin mengunjungi warung ini hanya karena ketagihan dengan kelezatan rasanya.

Tags : Kuliner, Jogja, Soto