Ketika membicarakan gudeg, biasanya orang akan selalu mengarahkan pada area Wijilan ataupun Barek. Tapi siapa sangka jika di ruas Jl. Prof. Herman Yohannes (Sagan) terdapat sebuah rumah makan selalu ramai karena dikenal sebagai penjaja gudeg yang lezat.

Rumah makan Gudeg Sagan ini selalu mencuri perhatian jika saya melintas di ruas jalan tersebut karena ramainya pengunjung. Dan setelah beberapa kali melintas, akhirnya saya pun penasaran dan memutuskan untuk bersantap malam di rumah makan tersebut. Yup, saya memutuskan untuk menjadi bagian dari keriuhan para pengunjung rumah makan tersebut. Keriuhan itu pun semakin bertambah terasa ketika para musisi mulai memainkan musik bernuansa jadul.

Setelah berhasil menemukan meja untuk duduk, saya pun mencoba untuk memesan salah satu menu gudeg. Setelah berulang kali pesanan saya ditolak karena beberapa menu memang sudah sold out, akhirnya saya pun memesan gudeg lengkap dengan pendamping sayap ayam. Setidaknya saya masih cukup beruntung tidak kehabisan dan terpaksa pulang dengan tangan hampa. Sembari menunggu, saya mendengarkan lagu-lagu, yang diiringi suara sahut-menyahut dari para pengunjung.

Tak lama kemudian, pesanan saya pun hadir di meja dan seketika itu pula perhatian saya pun teralih. Dari penampilannya, menu ini memang sudah tampak meyakinkan dan saya pun langsung menyambar sendok untuk merasakan kelezatannya. Rupanya rasanya berbanding lurus dengan penampilannya yang memikat. Benar-benar lezat. Perpaduan rasa manis, gurih, dan pedasnya dijamin memanjakan lidah. Bikin ketagihan, dan yang pasti ngga kalah dengan nama-nama besar penjaja gudeg dari Wijilan ataupun Barek.

Sedangkan untuk harganya sendiri berkisar antara Rp. 11.500 – Rp. 24.000. Semuanya tergantung pada pilihan lauknya. Dengan harga segini dan kelezatan yang ngga diragukan lagi, semua orang pasti tergoda untuk mencobanya. Meski saya harus mengantri akibat banyaknya pengunjung, sepertinya saya rela demi mencicipi lezatnya Gudeg Sagan ini.

Tags : Kuliner, Jogja, Gudeg