Cerita-Cerita dalam Sebuah Gerai Kopi: Fasade Coffee
Tak ada teman hari ini. Itu keputusan yang saya buat setelah secara marathon melompat dari satu pertemuan ke pertemuan lainnya. Bukan saya tidak menikmati bersama teman tapi ada hal-hal yang perlu saya kejar. Hal-hal yang perlu diendapkan, dan dimaknai selepas mendengar begitu banyak cerita.
Saya memilih untuk duduk di sudut sebuah gerai kopi yang menghadap ke jalan raya bernama Jl. Kaliurang. Jalan yang mengantarkan saya pulang menuju rumah di kaki gunung. Saya pun menghindari malam hari, waktu dimana para pemburu gaya hidup mendatangi ruang-ruang semacam ini bersama kawanannya. Terkadang, saya merasa canggung, sangat canggung berada di keramaian semacam itu. Ketiadaan teman ini sedikit memberikan perasaan tenang dan tak terburu-buru. Tak ada negosiasi, tak ada basa-basi namun di saat yang sama tak ada informasi baru. Sore, saya memilih untuk berada di gerai kopi ini sore hari. Saat semua orang baru saja selesai beraktivitas namun belum berencana memulai aktivitas selanjutnya. Waktu dimana orang-orang terjebak di jalanan, bertahan di rumah, ataupun menanti datangnya lapar sebagai penanda untuk keluar dan mulai beraktivitas kembali.
Sebelum memulai untuk menuliskan semua pemikiran saya atas cerita-cerita yang malang-melintang di kehidupan saya dalam waktu satu minggu ini, saya memutuskan untuk memesan sesuatu terlebih dahulu karena memesan sesuatu adalah bukti kekuasaan atas ruang yang saya hinggapi ini. Tanpa banyak berpikir, secangkir kopi, dan sepotong burger menjadi pesanan saya. Satu per satu pemikiran saya tulis, dan saya urai. Pertanyaan-pertanyaan yang tertinggal di kepala diurang seolah-olah menemukan jawabannya meski terkadang jawaban ini hadir dalam bentuk yang terasa terburu-buru. Semuanya ditulis, diurai, dan kemudian dibaca kembali. Begitu seterusnya. Kopi yang kuat menjaga saya dari rasa lelah yang kadang sekelebat membuat mata saya nyaris tertutup. Sesekali saya berhenti dan menatap telepon genggam. Tidak ada jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut di telepon genggam. Hanya ada orang-orang yang membagi kabar dalam bentuk gambar-gambar yang terkadang jelas, terkadang puitis, terkadang congkak, ataupun terkadang kabur.
Sedikit demi sedikit area parkir yang berda tepat di hadapan saya penuh dengan kendaraan. Hari mulai gelap, dan orang-orang mulai memenuhi gerai ini. Perasaan tak jenak pun mulai muncul. Saya tenggelam dalam pertanyaan-pertanyaan yang saya urai dalam tulisan, dan burger hitam yang saya pesan pun masih terdiam tanpa tersentuh. Perut saya berbunyi, dan saat itu pula tangan saya mulai mengiris dan memakan pesanan saya sebelum beranjak pulang menuju rumah di kaki gunung.
*Sepotong burger hitam yang habis tak bersisa menjadi penutup sebelum saya meninggalkan gerai kopi bernama Fasade Coffee. Sebuah gerai kopi yang luas, dan baru. Megah, penuh kaca, menghadap jalan raya dengan deretan pohon pisang yang tampak tenggelam di pinggir jalan.
Buat toko online cuma 20 detik! Hanya Rp 99ribu/bulan. Coba sekarang GRATIS 15 hari. Kunjungi Jejualan Jasa Pembuatan Toko Online.
Cerita-Cerita dalam Sebuah Gerai Kopi: Fasade Coffee
(Dito/DISKON.com)
Lokasi:
Nama Resto : Fasade Coffee and Space
Alamat :Jl. Kaliurang KM. 11, Jogja
Harga Per Porsi makan dan minum : Rp 45.000,-
Jam Operasional : 10.00 – 24.00 WIB
Rating :
Latitude: | Longitude: |
Tags : Kuliner, Jogja, Kopi, Coffee, Nongkrong
Komentari kuliner ini