Cerita-Cerita dalam Sebuah Gerai Kopi: Kopi Sebaya
Membicarakan pengalaman-pengalaman yang menakutkan terkait dengan kerusuhan rupanya bukanlah hal yang natural untuk dilakukan bersama keluarga. Beberapa keluarga memang bisa membagi pengalaman menakutkan mereka terkait isu kerusuhan politik yang pernah melanda daerah mereka namun tidak diantara lingkaran pertemanan saya tergolong tidak banyak, setidaknya hal itulah yang saya dengarkan dari beberapa teman saya.
Salah seorang teman yang menghabiskan masa kecilnya di Jakarta pernah mengalami pengalaman menakutkan ketika kerusuhan 1998 terjadi. Ia berhasil mengingat berbagai perubahan fisik yang terjadi di sekitar perumahan tempat tinggalnya serta perasaan yang mencekam. Di saat yang sama, ia tak berhasil mengingat dampak secara langsung kejadian tersebut pada keluarganya. Ia tidak ingat karena mungkin memang tak terjadi apa-apa secara langsung atau justru ketika pun terjadi, kedua orangtuanya memilih untuk tak membicarakannya. Ia membicarakan ingatan-ingatannya atas peristiwa mengerikan ini dengan terpotong-potong, sembari menyantap sepotong apple pie dan meneguk kopi hitam di hadapannya. Ia terlihat santai dan tak menampakkan trauma sama sekali.
Terkadang, dalam situasi-situasi semacam ini, ada hal-hal kecil yang selalu tertancap di kepala dan menjadi penanda hadirnya peristiwa tersebut di dalam kehidupan seseorang. Untuk teman saya, hal tersebut adalah pagar-pagar rumah yang mendadak semakin tinggi, dan dilengkapi dengan kawat berduri. Ia mengingat bagaimana lanskap perumahannya berubah.Keberadaan saya di Jogja saat itu membuat saya jauh dari pengalaman tersebut. Meski begitu, tentu ada beberapa hal yang saya ingat saat itu, salah satunya adalah perjalanan saya melalui Selokan Mataram akibat menghindari arus utama yang berantakanakibat demo. Lokasinya tak jauh dari keberadaan gerai kopi tempat kami bercerita saat ini.
Sambil sesekali meminum es kopi susu dan menyantap carrot cake, saya coba mengingat bagaimana keluarga saya membagi cerita dan pengalaman terkait isu ini. Rupanya cerita ini absen dari ruang keluarga kami. Tak satu pun dari kami pernah membahas tentang hal ini. Pengalaman saya tak semenakutkan teman saya tersebut. Lanskap tempat tinggal kami pun tak berubah akibat peristiwa tersebut namun mendengar cerita teman saya tersebut, saya bisa membayangkan bagaimana ketakutan sengaja diproduksi saat itu. Mungkin, cerita-cerita ketakutan ini memang sengaja tidak hadir untuk memutus rantai ketakutan di dalam anggota keluarga namun di saat yang sama, terputusnya cerita juga memutus cerita sejarah yang mungkin seharusnya diselesaikan oleh generasi berikutnya.
*Kehadiran es kopi susu, es Americano, serta dua kue yang lezat sedikit berhasil mereduksi ketegangan ketika membicarakan hal-hal yang intim sekaligus menakutkan ini. Ruang Sebaya Coffee yang mungil pun turut membuat kami merasa, seperti bayangan kami atas ruang keluarga yang memungkinkan terjadinya percakapan semacam ini.
Sebaya Coffee
Karang Gayam, Catur Tunggal, Jogja
08.00 – 23.00 WIB
Buat toko online cuma 20 detik! Hanya Rp 99ribu/bulan. Coba sekarang GRATIS 15 hari. Kunjungi Jejualan Jasa Pembuatan Toko Online.
Cerita-Cerita dalam Sebuah Gerai Kopi: Kopi Sebaya
(Dito/DISKON.com)
Lokasi:
Nama Resto : Sebaya Kopi
Alamat :Karang Gayam, Catur Tunggal, Jogja
Harga Per Porsi makan dan minum : Rp 20.000,-
Jam Operasional : 08.00 – 23.00 WIB
Rating :
Latitude: | Longitude: |
Tags : Kuliner, Jogja, Nongkrong, Kopi, Coffee, Manual Brew
Komentari kuliner ini