Cerita-Cerita dalam Sebuah Gerai Kopi: Wolu Coffee
Bercerita adalah hal yang umum, dan menanggapi cerita teman pun adalah hal yang umum dalam pertemanan. Hal ini berbeda dengan apa yang terjadi dengan teman saya, yang merasa kehilangan hak untuk menanggapi cerita seorang teman.
Ia bercerita pada saya di sebuah gerai kopi yang lengang. Ia menceritakan bagaimana perasaan kehilangn hak untuk menanggapi cerita ini muncul. Beberapa waktu yang lalu ia dihubungi oleh seorang teman yang sebenarnya telah memutuskan kontak dengannya namun entah apa yang terjadi, mereka semacam rujuk kembali. Ketika teman tersebut menghubunginya melalui telepon, ia cukup bersemangat untuk mendengarkannya namun di saat yang sama ia takut. Ia takut untuk bersikap atau bereaksi salah, yang akan membuat teman dia tersebut kembali menjauhinya. Di titik ini, saya sedikit bingung dan mulai meminum secangkir kopi hitam saya. Melihat saya meminum kopi, ia pun turut meminum kopi susu miliknya.
Ia melanjutkan ceritanya. Ketakutan-ketakutan itu menurutnya wajar karena sebelumnya hal tersebut pernah terjadi. Ia melakukan hal-hal yang sebenarnya sederhana seperti menanggapi ceritanya berdasarkan pengalaman pribadinya. Rupanya tanggapan itu dinilai salah dan cukup menekan, dan di situlah pertemanan mereka sempat terhenti. Kali ini, ketika semuanya berhasil membaik, ia takut melakukan kesalahan yang sama. Untuk itulah ia hanya berani mendengarkan saja, sesekali bertanya namun tak pernah memberikan masukan yang berarti. Di titik inilah ia merasa hak untuk menanggapi ceritanya telah dicabut oleh temannya tersebut. Saya pun sesekali menanggapi betapa anehnya pola komunikasi semacam itu, dan saya pribadi mengakui tak pernah berada di dalam situasi seperti itu. Saya pun melanjutkannya obrolan kami siang itu dengan mempertanyakan hubungan mereka, apakah hubungan seperti ini nyaman untuk mereka atau hanya menyamankan satu pihak saja.
Pelan tapi pasti teman saya menjawab jika ia tak nyaman dan mungkin memang tak perlu terlalu berusaha untuk terus berada dalam hubungan pertemanan semacam ini. Saya pun mengangguk sembari meminum kopi kedua saya siang itu. Rupanya kami sepakat jika menanggapi cerita adalah bagian penting dari pola komunikasi dalam pertemanan sehingga cukup aneh jika kita tak mampu atau tak berani lagi menanggapi cerita dari seorang teman.
*Obrolan yang terjadi di Wolu Coffee ini harus berakhir dengan cepat karena pertemuan ini terjadi diantara jam kerja kami berdua. Lokasinya yang strategis dan cukup nyaman membuat kami terbuai dan terus mengobrol hingga akhirnya waktu benar-benar telah habis.
Wolu Coffee
Jl. Moses Gathotkaca, Mrican, Jogja
08.00 – 20.00 WIB
Buat toko online cuma 20 detik! Hanya Rp 99ribu/bulan. Coba sekarang GRATIS 15 hari. Kunjungi Jejualan Jasa Pembuatan Toko Online.
Cerita-Cerita dalam Sebuah Gerai Kopi: Wolu Coffee
(Dito/DISKON.com)
Lokasi:
Nama Resto : Wolu Coffee
Alamat :Jl. Moses Gathotkaca, Mrican, Jogja
Harga Per Porsi makan dan minum : Rp 25.000,-
Jam Operasional : 08.00 – 20.00 WIB
Rating :
Latitude: | Longitude: |
Tags : Kuliner, Jogja, Kopi, Coffee, Nongkrong, Es kopi susu, single origin
Komentari kuliner ini