Cerita-Cerita dalam Sebuah Gerai Kopi: Lussid
Seorang teman dari Jakarta tampak menanti saya di sebuah gerai kopi bernama Lussid. Ia tampak sedang merokok di bagian luar dari gerai kopi mungil ini namun berhubung jalanan sangat ramai dan berisik, saya pun mengajaknya untuk masuk ke dalam. Ia menyelesaikan rokoknya dan menyusul saya ke dalam tak lama kemudian.
Saya memesan segelas es kopi susu bercita rasa kelapa, dan seporsi kentang goreng bertabur keju. Ia sudah memesan sebelumnya, dan membawa segelas Japanese brew yang tampaknya belum terlalu disentuhnya. Kami pun duduk, dan saya pun langsung bertanya bagaimana pengalamannya di Jogja kali ini. Ia datang hanya untuk waktu yang sangat singkat. Dua malam saja kalau tidak salah. Ia pun mulai bercerita tentang sebuah pameran yang sedang ia persiapkan untuk akhir tahun ini. Ceritanya tentang pameran yang ia persiapkan ini terdengar sangat menyenangkan namun hal yang paling membuat saya antusias adalah ceritanya tentang ikan-ikan. Cerita tentang ikan-ikan ini bukan sesuatu yang pernah saya dengar sebelumnya. Cerita-cerita ini sedikit menakutkan namun di saat yang sama penting karena sejarah yang membalut sosok ikan-ikan tersebut.
Ia memulainya dengan bercerita tentang ketakutan orang-orang bersantap ikan di akhir tahun 60-an hingga tahun 70-an akhir. Konon katanya, ada hubungannya dengan sejarah kelam negeri ini dengan ketakutan bersantap ikan. Cerita ini tentu terjadi jauh sebelum saya lahir, dan sepertinya tak pernah diteruskan atau diketahui oleh generasi-generasi berikutnya. Ikan yang awalnya tampak tak terpengaruh oleh peristiwa politik di daratan pun rupanya mengandung cerita kuat, yang cukup kuat hingga banyak pihak yang merasa perlu untuk menutup cerita ikan ini dan tak membicarakannya lagi. Perasaan saya campur aduk antara senang mendengar sebuah cerita yang sebelumnya tak pernah saya dengar, takut karena cerita ini memang menyimpan sejarah yang menakutkan, dan tentu saja kesal karena cerita yang cukup penting ini seolah dilupakan dan tenggelam tanpa diketahui oleh generasi yang cukup muda.
Ia, teman saya yang bercerita ini belum menginjak usia 30 tahun. Cukup muda untuk mengetahui cerita-cerita sejarah yang umurnya jauh lebih tua dari dirinya. Saya senang mendengar ceritanya, dan saya merasa malu karena saya tak pernah tahu hal-hal seperti ini pernah terjadi. Satu hal yang saya syukuri adalah ia mampu dan mau menceritakan hal-hal sepenting ini melalui caranya, yang dekat dengan anak muda dan mungkin akan memicu anak muda lainnya berani memulai membicarakan hal-hal seperti ini.
*Segelas es kopi susu rasa kelapa yang menyegarkan dan seporsi kentang goreng bertabur keju tampaknya tak cukup untuk menemani seluruh cerita malam itu. Saya pun menambah segelas latte yang lembut dan mantap untuk memberi tambahan waktu mendengarkan ceritanya.
Lussid Coffee
Jl. Tamansiswa, Jogja
08.00 – 23.00 WIB
Buat toko online cuma 20 detik! Hanya Rp 99ribu/bulan. Coba sekarang GRATIS 15 hari. Kunjungi Jejualan Jasa Pembuatan Toko Online.
Cerita-Cerita dalam Sebuah Gerai Kopi: Lussid
(Dito/DISKON.com)
Lokasi:
Nama Resto : Lussid Coffee
Alamat :Jl. Tamansiswa, Jogja
08.00 – 23.00 WIB
Harga Per Porsi makan dan minum : Rp 25.000,-
Jam Operasional : Jl. Tamansiswa, Jogja 08.00 – 23.00 WIB
Rating :
Latitude: | Longitude: |
Tags : Kuliner, Jogja, Nongkrong, Kopi, Coffee, Manual Brew
Komentari kuliner ini