Wisata Kuliner Jogja

Wisata Kuliner Jogja

Home » Cafe

Cerita-Cerita dalam Sebuah Gerai Kopi: Gandhok Coffee

Cerita-Cerita dalam Sebuah Gerai Kopi: Gandhok Coffee Jogja

Seorang teman terlihat sedang duduk di depan segelas kopi hitam, dan sepotong roti almond croissant yang sudah tergigit olehnya. Ia duduk membelakangi pintu masuk kaca. Dari belakang, gerak tubuhnya terasa lesu dan sedikit membungkuk. Saya menyapanya perlahan karena takut tanpa sengaja mengagetkannya. Tubuhnya sedikit terkejut meski saya hanya menepuk pundaknya perlahan sembari menyebut namanya. Sepertinya ia sedang melamun, dan tepukan saya seolah membangunkannya?

Tumben kelihatan lesu, ada masalah?tanya saya membuka percakapan kami. Sebelum menjawabnya dengan panjang, ia menyuruh saya untuk memesan terlebih dahulu, baru setelah ttu ia berjanji akan bercerita. Saya pun berjalan menuju kasir dan memesan segelas es kopi susu dan sepotong pain au chocolate. Setelah memesan saya pun duduk dan menagih cerita yang sempat tertunda. Dengan cepat ia langsung mulai bercerita tentang kebingungannya sebagai seniman muda. Jujur, saya tidak paham. Bukan saja karena saya adalah pekerja kantoran namun juga karena interaksi saya dengan kesenian bisa dibilang hanya setahun sekali, itu pun kalau saya berhasil mengingat jadwal penyelenggaraannya. Kalau saya tidak ingat, bisa jadi setahun penuh saya tak berhubungan dengan seni. Di saat yang sama, ditdakpahaman saya ini tidak lantas membuat percakapan terhenti.

Teman saya, yang adalah seniman atas hal-hal yang terjadi di kesenian hari ini. Tema-tema yang diangkat seolah terlepas dari persoalan-persoalan keseharian. Untuknya, persoalan keseharian adalah hal yang menarik untuk dibicarakan karena secara konkes dekat, Menurutnya, ketika seni-seni ini tak membicarakan persoalan keseharian, Di waktu yang sama, kesenian pun menurutnya tak mencoba berkontribusi pada persoalan-persoalan yang lebih penting. Tak perlu mengubah dunia, hanya cukup membicarakannya agar terjadi persebaran pengetahuan lanjut ia sembari mengunyah sisa roti yang sudah dingin. Saya, dengan sesekali mengaduk-aduk es kopi susu yang perlahan menjadi lebih tawar akibat es yang mencair pun hanya dapat mengangguk kepala. Untuk saya, seni adalah sesuatu yang dinikmati secara kasat mata. Hal-hal yang menawan, yang membuat mata saya terpesona.

Sepertinya hal itu tak berlaku untuk teman saya yang seorang seniman. Untuknya seni bisa dan seharusnya lebih dari sekedar apa yang saya sampaikan. Lanjutnya, dengan membicarakan hal-hal yang terjadi di lingkungan sekitarnya, seni menjadi terhubung dengan ruang hidupnya. Saya terdiam sembari memotong roti pesanan saya dan menyantapnya perlahan agar tak terlihat sedang mengacuhkan ceritanya. Saya tak bisa berkontribusi pada hal-hal yang dibicarakannya. Saya tak tahu apa-apa, dan entah mengapa pikiran saya tertahan di segarnya es kopi susu dan roti yang ada di hadapan saya. Mungkin saya hanya lapar dan kepanasan, dan obrolan tentang seni sepertinya tak akan mengenyangkan ataupun menyegarkan saya.

*Di ujung akhir ceritanya, ia pun bilang bahwa ia hanya membutuhkan seseorang untuk mendengarkan keluh kesahnya, dan ia pun menyebut tak masalah jika saya sepertinya lebih fokus pada makanan dan minuman yang ada di hadapan saya. Rupanya meski ia serius bercerita, ia memperhatikan saya yang tak bisa melepaskan pandangan saya dari menu makanan saya.

 

Gandhok Coffee

Jl. Nogosari Lor, Kraton, Jogja

10.00 – 23.00 WIB

Buat toko online cuma 20 detik! Hanya Rp 99ribu/bulan. Coba sekarang GRATIS 15 hari. Kunjungi Jejualan Jasa Pembuatan Toko Online.

Cerita-Cerita dalam Sebuah Gerai Kopi: Gandhok Coffee

(Dito/DISKON.com)


Lokasi:

Nama Resto : Gandhok Coffee

Alamat :Jl. Nogosari Lor, Kraton, Jogja



Harga Per Porsi makan dan minum : Rp 25.000,-

Jam Operasional : 10.00 – 23.00 WIB

Rating :

Latitude: Longitude:

Tags : Kuliner, Jogja, Nongkrong, Kopi, Coffee, Manual Brew


Komentari kuliner ini


© 2013 MakanJogja.com | Wisata Kuliner Jogja | Kontak Tim Makanjogja | hosted by IDwebhost Page loaded in 0.0649 second.