Cerita-Cerita dalam Sebuah Gerai Kopi: Guyon Coffee
Sejak pertemuan kami di sebuah gerai kopi sebelumnya, teman saya yang seorang sejarawan mengajak saya bertemu kembali. Sesuai dengan tempat dan waktu yang telah kami sepakati, akhirnya kami bertemu di sebuah gerai bernama Guyon Coffee, gerai kopi mungil yang tampak tenang dan nyaman di pagi hari.
Ia tidak sendiri. Ia tampaknya datang bersama seorang teman yang mungkin teman seprofesi atau mungkin muridnya di kampus. Kami berkenalan namun sebelum terlibat pembicaraan lebih dalam, saya memutuskan memesan pesanan saya terlebih dahulu. Seperti biasa, saya memesan segelas Cappuccino, dan V60, dan saya pun kembali ke meja yang terletak di seberang bar. Rupanya ia menceritakan pada teman saya tentang ketertarikan saya pada sejarah, khususnya terkait distribusi narasi-narasi sejarah tandingan yang tak terlalu banyak dibahas oleh anak muda jaman sekarang. Orang yang datang bersama teman saya ini kemudian mulai bercerita tentang seorang anak muda yang memutuskan mencari tahu sebuah sejarah kelam negeri ini justru dari keluarganya. Tak ada kaitan khusus atas keluarga anak muda ini dengan sejarah tersebut namun justru dari ketiadaan keterkaitan inilah ia mencari tahu lebih dalam. Keluarga, menurut anak muda tersebut adalah kelompok paling ujung, yang secara sadar atau tidak sadar turut berkontribusi dalam distribusi narasi sejarah, khususnya narasi yang dibangun pemerintah.
Di titik ini saya mulai kebingungan. Terlalu membingungkan untuk saya yang awam ini memahami hal-hal semacam ini. Ada kesan liar dan menantang atas apa yang disampaikan oleh orang yang baru saya kenal ini. Ia menangkap kebingungan saya yang tampak dari raut wajah ataupun gestur saya. Saya pun menyeruput kopi V60 saya yang mantap. Cukup kuat untuk mengembalikan fokus saya yang mulai mengabur. Kami mencoba kembali mengobrol, tentunya dalam bobot yang lebih ringan. Mereka mencoba untuk tidak mebuat saya ketakutan, dan tenggelam dalam obrolan yang tidak sepenuhnya saya pahami. Kami masih membicarakan sejarah dalam tataran yang sedikit lebih ringan. Sejarah yang masih terkait dalam kehidupan sehari-hari, seperti bagaimana orang mulai lupa atas apa yang terjadi 21 tahun lalu, dan mulai memajang gambar-gambar sosok yang tak seharusnya dikenang.
Meski untuk mereka pembicaraan seperti ini terkesan ringan untuk mereka namun sepertinya tidak untuk saya, pekerja kantoran yang bahkan nyaris tak pernah membaca ini. Di satu sisi, hal-hal ini terasa berat namun di sisi yang lainnya memunculkan perasaan tertantang yang membuat saya bergairah. Entah karena temanya atau justru pada mengalami percakapan yang berbeda dari keseharian saya.
*Tepat setelah menyelesaikan gelas kopi kedua saya yang cukup lite, dan creamy, saya pun pamit undur diri sembari mengambil menu takeaway saya berupa segelas es kopi susu yang tampak menyegarkan. Ketika undur diri, saya pun mengucapkan terima kasih atas penjelasannya, dan tentunya menantikan pertemuan-pertemuan berikutnya.
Guyon Coffee
Jl. Perumnas. Mundu Saren, Jogja
09.00 – 24.00 WIB
Buat toko online cuma 20 detik! Hanya Rp 99ribu/bulan. Coba sekarang GRATIS 15 hari. Kunjungi Jejualan Jasa Pembuatan Toko Online.
Cerita-Cerita dalam Sebuah Gerai Kopi: Guyon Coffee
(Dito/DISKON.com)
Lokasi:
Nama Resto : Guyon Coffee
Alamat :Jl. Perumnas. Mundu Saren, Jogja
Harga Per Porsi makan dan minum : Rp 25.000,-
Jam Operasional : 09.00 – 24.00 WIB
Rating :
Latitude: | Longitude: |
Tags : Kuliner, Jogja, Kopi, Coffee, Nongkrong, Es kopi susu, single origin
Komentari kuliner ini