Cerita-Cerita dalam Sebuah Gerai Kopi: Payung Seduh
Nama adalah hal pertama yang paling mudah membuat seseorang teringat. Nama yang mudah diingat pun tidak selalu nama yang bagus. Terkadang, nama yang mengandung unsur parody pun mudah untuk diingat, salah satunya adalah Payung Seduh, sebuah gerai kopi dimana saya bertemu dengan seorang teman lama yang kini menjadi coffee snob.
Awalnya, ia menolak untuk mengunjungi gerai semacam ini namun karena sudah tiga kali saya menurutinya mengunjungi gerai-gerai kopi third-wave, akhirnya ia mengalah untuk mengunjungi gerai kopi yang lebih identik dengan menu-menu campuran kopi dan susu ini. Dengan sedikit mengomel, ia akhirnya menemui saya di gerai kopi tersebut. Untuknya kopi yang bisa dinikmati adalah kopi yang baik dan benar. Lanjutnya, meskipun kopi memang biasa dicampur dengan susu namun setidaknya dilakukan dengan cara yang benar, bukan seperti es kopi susu seperti yang sedang saya nikmati. Ia sibuk berbicara, sedangkan saya hanya mendengarkan sembari meminum es kopi susu dengan campuran madu di dalamnya. Masih jelas di dalam ingatan saya ketika ia belum menjadi seperti sekarang. Biasanya, ia memesan se-sachet coffeemix dengan takaran air separuh. Sebenarnya bibit-bibit tingkah hari ini sudah tampak bahkan ketika ia meminum kopi sachet.
Setelah selesai dengan seluruh argumennya tentang cara menikmati kopi yang baik dan benar, ia pun berhenti bicara dan meminum red velvet pesanannya. Saya menduga, ia lebih memilih untuk meminum minuman lain daripada harus mengakui di depan saya jika es kopi susu adalah pilihan yang tak buruk. Ketika ia sedang berdiam, saya pun mulai membalasnya dengan bagaimana saya melihat kopi dan susu sebagai sesuatu yang seharusnya bersama. Meski untuk saya susu lebih mengarah pada sifat kebebasan karena bisa bergaul dengan rasa-rasa lain, kopi untuk saya harus setia pada susu. Ia bisa sendirian, ia bisa bersama susu, tapi ia akan menjadi janggal bersama dengan rasa lainnya. Untuk saya, rasa es kopi susu yang kini sedang naik daun ini bukan persoalan rasanya yang lezat namun justru rasanya yang sederhana dan mudah membuat orang jatuh cinta. Ia tidak rumit, dan di saat yang sama kopi susu hampir selalu menjadi jalan masuk seorang anak kecil untuk diperbolehkan mencicipi rasa kopi yang identik dengan kedewasaan. Ada nostalgia di dalam es kopi susu ini.
Dengan enggan, akhirnya ia mengakui kalau ada kalanya ia pun menyukai menu-menu semacam es kopi susu namun memang untuknya hanya di saat-saat tertentu saja. Setelah mendengar semua kalimat yang keluar dari saya, ia pun mencoba percaya dan memesan segelas es kopi susu dengan gula coklat, yang kemudian ia akui bahwa rasanya tak seburuk yang ia duga.
*Meski ia telah mencicipi dan mengakui jika rasa es kopi susu, baik dengan campuran gula coklat maupun madu tak buruk, ia masih melanjutkan keberatan ia pada tren yang untuknya mengkonsumsi gelas plastik dengan cara yang berlebihan. Untuk satu poin ini, saya sepakat dan merasa belum menemukan gerai es kopi susu yang lebih ramah lingkungan.
Buat toko online cuma 20 detik! Hanya Rp 99ribu/bulan. Coba sekarang GRATIS 15 hari. Kunjungi Jejualan Jasa Pembuatan Toko Online.
Cerita-Cerita dalam Sebuah Gerai Kopi: Payung Seduh
(Dito/DISKON.com)
Lokasi:
Nama Resto : Payung Seduh
Alamat :Jl. Raya Babarsari (Barat SPBU Babarsari), Jogja
Harga Per Porsi makan dan minum : Rp 20.000,-
Jam Operasional : 08.00 – 23.00 WIB
Rating :
Latitude: | Longitude: |
Tags : Kuliner, Jogja, Kopi, Coffee, Nongkrong, Es kopi susu, single origin
Komentari kuliner ini