Cerita-Cerita dalam Sebuah Gerai Kopi: UD Mitra
Dengan sangat sebal, seorang teman menyampaikan keberatannya pada saya terkait rencana kami untuk bertemu di sebuah gerai kopi bernama UD Mitra. Tak ada yang salah dengan gerai tersebut namun untuknya ada yang salah dengan meningkatnya popularitas es kopi susu yang berujung pada peningkatan penggunaan gelas plastik.
Teman saya setuju untuk bertemu dengan dua syarat, satu tidak ada gelas plastik ataupun sedotan plastik yang kami gunakan; dan dua, saya harus mau mendengarkan rasa frustasinya terhadap perkembangan dunia saat ini. Saya setuju, dan justru semakin penasaran dengan cerita yang akan dibawanya pada saya. Kami bertemu siang itu, dan saya sudah mempersiapkan diri untuk mendengarkan sembari meminum es kopi susu dengan tambahan sirup asam yang menyegarkan. Ia memilih meminum es kopi susu madu, yang menurutnya lebih sehat. Ia duduk, dan langsung menceritakan betapa dirinya sangat frustasi membaca berita-berita yang mampir ke kehidupannya akhir-akhir ini. Dimulai dari kebakaran hutan di Pekanbaru, kekerasan di Hongkong, Surabaya, Papua, dan kebakaran hutan di Amazon. Untuknya semua berita ini membuatnya cukup stress, bukan saja pada level kekacauannya namun juga betapa sebagian besar orang di sekitarnya menanggapi berita-berita ini dengan sambil lalu.
Memang, ia terlihat penuh kemarahan, atau mungkin penuh kebingungan. Di saat yang sama, kemarahan atau kebingungan ini sangat wajar. Bukan sesuatu yang mengada-ada, dan bukan pula reaksi yang berlebihan. Saya pun sama bingungnya karena saya pun sadar bahwa saya adalah bagian dari orang-orang yang meremehkan rentetan peristiwa-peristiwa ini. Di saat yang sama, saya tak tahu apa yang harus saya lakukan, atau mungkin memang sudah tak ada yang bisa dilakukan. Semuanya sudah terlambat lebih dari yang pernah kita bayangkan. Untuk memperbaikinya butuh hal-hal yang ekstrim, sama ekstrimnya dengan bagaimana semua ini bisa terjadi dalam waktu yang singkat. Saya bingung, diam, dan mendengarkan. Untuk menghalau perasaan salah tingkah saya, saya menyruput minuman saya hingga ke gelas kedua saya. Sepertinya, minuman sederhana seperti es kopi susu dapat meredakan tegangan dalam mendengarkan cerita-cerita seberat ini.
Mulutnya masih tak berhenti bercerita. Api-api yang tampak di awal percakapan kami perlahan mengendur menjadi sebuah nada kekalahan. Ia tak menyerah tapi pun tahu pasti bahwa tak ada cara untuk memenangkan atau memperbaiki hal seperti ini. Tepat setelah tegukan terakhir minumannya, ia dengan pasrah berkata jika mungkin sudah bukan waktunya tagar pray for Pekanbaru, Amazon, dan sejenisnya disebarkan. Dalam kasus lingkungan, mungkin saatnya kita berdoa untuk diri kita dan keselamatan kita karena bukan tidak mungkin kita berada di ujung jalan yang tak bisa memutar.
*Saya membutuhkan dua gelas es kopi susu yang menyegarkan untuk mendengar seluruh cerita depresif ini. Untukng saja suasana siang itu cukup sepi, dan nyaman, yang membuat semua cerita tadi merasuk ke dalam pikiran saya. Mungkin cerita-cerita ini terdengar depresif tapi cerita-cerita ini perlu untuk saya pikirkan lebih mendalam meski saya tak terlalu optimis pada perubahan yang mengarah ke perbaikan.
UD Mitra
Jl. Seturan Raya (seberang timur UPN Veteran Ringroad), Jogja
08.00 – 23.00 WIB
Buat toko online cuma 20 detik! Hanya Rp 99ribu/bulan. Coba sekarang GRATIS 15 hari. Kunjungi Jejualan Jasa Pembuatan Toko Online.
Cerita-Cerita dalam Sebuah Gerai Kopi: UD Mitra
(Dito/DISKON.com)
Lokasi:
Nama Resto : UD Mitra
Alamat :Jl. Seturan Raya (seberang timur UPN Veteran Ringroad), Jogja
Harga Per Porsi makan dan minum : Rp 20.000,-
Jam Operasional : 08.00 – 23.00 WIB
Rating :
Latitude: | Longitude: |
Tags : Kuliner, Jogja, Nongkrong, Kopi, Coffee, Manual Brew
Komentari kuliner ini