Cerita-Cerita dalam Sebuah Gerai Kopi: Pier Coffee
Seorang teman yang tampaknya masih lelah berjalan mendatangi meja saya. Kakinya separuh diseret, badannya tampak lemas, namun senyum di wajahnya tampak tulus. Ia sedikit melambaikan tangan ketika menyadari saya memperhatikan gerakannya yang cukup perlahan. Sebelum mencapai meja saya, ia memutuskan sedikit berbelok ke arah kasir dan memesan segelas kopi hitam yang besar kemungkinannya untuk memberikan asupan kafein agar matanya tetap terjaga selama kami bertemu.
Pertemuan ini memang sudah dijadwalkan dan sepertinya memang tak bisa ditunda karena terkait pekerjaan namun melihat wujudnya yang kelelahan membuat saya merasa sedikit bersalah. Sebelum kami mulai bekerja, saya meminta ia untuk istirahat sebentar, dan sedikit bercerita kenapa wujudnya tampak begitu lelah. Ia pun menyambar pertanyaan saya dengan cerita yang rupanya tak pendek. Ia mulai bercerita bagaimana ia baru saja mengalami perjalanan terpanjang di pulau Jawa dalam waktu tersingkat yang pernah ia alami, dan perjalanan ini dilakukan lewat jalan darat. Saya penasaran dan tanpa sadar saya mulai mendekatkan diri agar mendengar dengan lebih jelas. Ia mulai bercerita tentang perjalanannya yang awalnya hanya akan memakan waktu satu malam saja. Ia berangkat ke Surabaya untuk mendapatkan sebuah obat yang menurut informasi di internet hanya terdapat di Surabaya. Karena kebutuhan yang mendesak, ia pun terpaksa harus berangkat ke Surabaya. Singkat cerita, perjalanan itu rupanya tak sependek yang ia duga. Obat tidak tersedia di Surabaya, dan ia baru mendapat kabar obat itu ada di Jakarta namun dengan harga yang jauh dari harga pasaran.
Tanpa pikir panjang, ia pun mengambil kesempatan itu dan meluncur ke Jakarta. Perjalanan yang awalnya dengan rute Jogja-Surabaya-Jogja dalam satu malam berubah menjadi Jogja-Surabaya-Jakarta-Jogja dalam dua malam. Semua perjalanan tersebut dilakukan menggunakan kereta. Dan perjalanan itu harus sesingkat itu karena pada hari ini, ia harus bertemu dengan saya. Itulah mengapa ia tampak begitu kelelahan. Di titik ini saya merasa bersalah namun juga tak dapat berbuat apa-apa karena tidak ada komunikasi terkait perjalanan dadakan yang ia lakukan dan saya pun tak bisa menunda pertemuan hari ini. Ia meminum kopi hitamnya yang tampak kuat, dan perlahan tampak lebih segar. Saya, mulai meminum gelas kopi kedua saya. Setelah sebelumnya memilih cappuccino yang cukup membangunkan, saya memilih es kopi susu yang lebih lite dan segar.
Kami pun tenggelam dalam pekerjaan kami. Ia mulai melupakan rasa lelahnya setelah perjalanan yang dilakukan, saya mulai melupakan rasa bersalah saya pada perjalanan yang harus ia tempuh dengan terburu-buru hanya untuk dapat duduk dan bekerja bersama saya di hari ini.
*Memang seluruh pilihan kopi di kedai kopi Pier ini tak ada yang mengecewakan setidaknya saya membuktikannya dengan lidah saya sendiri, dan saya melihat perubahan gestur dan wajah teman saya selepas ia menghabiskan secangkir kopi hitamnya.
Pier Coffee
Jl. Bumijo Tengah, Jogja
11.00 – 00.00 WIB
Buat toko online cuma 20 detik! Hanya Rp 99ribu/bulan. Coba sekarang GRATIS 15 hari. Kunjungi Jejualan Jasa Pembuatan Toko Online.
Cerita-Cerita dalam Sebuah Gerai Kopi: Pier Coffee
(Dito/DISKON.com)
Lokasi:
Nama Resto : Pier Coffee
Alamat :Jl. Bumijo Tengah, Jogja
Harga Per Porsi makan dan minum : Rp 15.000,-
Jam Operasional : 11.00 – 00.00 WIB
Rating :
Latitude: | Longitude: |
Tags : Kuliner, Jogja, Kopi, Coffee, Nongkrong, Es kopi susu, single origin
Komentari kuliner ini