Cerita-Cerita dalam Sebuah Gerai Kopi: Signatura Coffee
Pagi datang terlalu pagi. Semalam, saya bersama pasangan saya baru saja menghabiskan waktu hingga tengah malam di sebuah panggung musik, dan tepat sebelum kami tiba di acara tersebut, kami baru saja menempuh perjalanan 70 kilometer untuk menghadiri pernikahan seorang teman. Singkat cerita, pagi ini, di hari Minggu pukul 09.00 WIB, kami sudah harus beranjak dari rasa lelah yang belum habis.
Signatura Coffee, sebuah gerai kopi mungil yang berada tepat di seberang hutan buatan sebuah universitas ternama ini menjadi tempat pemberhentian kami. Lebih tepatnya, kami menggunakan tempat tersebut untuk membangunkan diri kami, dan bertemu dengan seorang teman yang dalam waktu dekat akan berangkat ke negeri yang jauh, Inggris. Kami memang sudah merencanakan pertemuan ini sebelumnya karena Ia ingin memperdengarkan ke kami presentasi yang akan ia lakukan di negara tersebut nantinya. Kami diminta untuk mendengarkan dan memberi tanggapan. Untuk itulah kami datang lebih pagi, dan membangunkan diri kami dengan segelas segelas kopi hitam yang diracik dengan Japanese brew serta segelas cappuccino.
Ia datang sedikit terlambat. Sesuatu yang saat itu kami syukuri karena memberi kami waktu tambahan untuk memastikan bahwa kami sudah siap mendengarkan. Ia tampak sedang memarkir motornya. Tak lama kemudian, suara pintu digeser terdengar, dan ia telah datang dengan wajah yang berada diantara senang dan gugup. Ia mungkin senang melihat kami namun gugup karena akan mempresentasikan beberapa hal di depan kami. Sejujurnya kami tak terlalu siap. Kami hanya memasang muka seolah-olah siap namun tak ada yang tahu apa yang kami pikirkan dibalik muka kami tersebut. Sebelum memulai, ia memesan segelas red velvet. Meski menu ini bukan menu kopi namun menu ini selalu dipesannya setiap kali ia menyambangi gerai kopi. Minuman pesanannya sudah di depan meja, ia pun memulai presentasi. Kurang lebih sepuluh menit kami mendengarkannya. Dalam bahasa Inggris yang sedikit terbata, kami mendengarkannya dengan perasaan penasaran. Gambar demi gambar ia tunjukkan melalui layar laptopnya, yang tentu saja membuat kami semakin tenggelam dalam ceritanya. Presentasi yang awalnya kami bayangkang kering dan membosankan ternyata mengalir dengan sangat cair. Dalam keterbatasan bahasanya, ia berhasil membuat apa yang ia sampaikan terjalin dengan cukup rapi.
Ia, yang awalnya kami duga tak siap pun membuktikan sebaliknya. Di tengah kegugupannya menghadapi orang dan negeri yang baru, ia siap menyebarkan ceritanya. Ketika ia mengakhiri presentasinya, kami hanya mampu memberi kode dengan mengangkat dua jempol kami sebagai pertanda bahwa tak ada yang perlu disiapkan lagi. Semua sudah lebih dari cukup.
*Pertemuan kami hari itu tak terasa berjalan lebih lama dari yang kami duga. Potongan croissant terakhir telah tandas, dan bel perpisahan pun berbunyi di kepala kami masing-masing. Nyaris tiga jam kami berada di gerai kopi mungil nan nyaman itu untuk mendengarkan presentasi, dan merayakan perpisahan sementara dengannya.
Buat toko online cuma 20 detik! Hanya Rp 99ribu/bulan. Coba sekarang GRATIS 15 hari. Kunjungi Jejualan Jasa Pembuatan Toko Online.
Cerita-Cerita dalam Sebuah Gerai Kopi: Signatura Coffee
(Dito/DISKON.com)
Lokasi:
Nama Resto : Signatura Coffee
Alamat :Jl. Agro, Caturtunggal, Jogja
Harga Per Porsi makan dan minum : Rp 30.000,-
Jam Operasional : 07.00 – 23.00
Rating :
Latitude: | Longitude: |
Tags : Kuliner, Jogja, Kopi, Coffee, Nongkrong, Es kopi susu, single origin
Komentari kuliner ini