Cerita-Cerita dalam Sebuah Gerai Kopi: Soegi Coffee
“Sepenting apakah seseorang untuk bisa menjadi tokoh, dan kemudia dihadirkan di dinding rumah saya?”, tanya saya dalam hati ketika memasuki sebuah gerai kopi bernama Soegi ini. Pertanyaan ini muncul bermula dari hiasan dinding di gerai kopi ini yang hampir dipenuhi dengan gambar wajah orang-orang yang mungkin dianggap pemiliknya sebagai tokoh yang ia idolakan. Mungkin.
Selepas kami memesan seporsi Caffe Latte, satu teko teh, seporsi waffle, dan sepotong croissant, saya pun melontarkan pertanyaan tersebut kepada teman saya, dan ia pun ikut memperhatikan dinding gerai kopi tersebut. Ia tak menjawab namun justru memberi tanggapan yang sedikit melebar.
“Aneh juga yang gambar-gambar ini. Orang-orang ini sepertinya tidak perlu berada di satu dinding yang sama mengingat secara ideologis banyak yang saling berseberangan. Bahkan, ada beberapa orang yang rasanya tak perlu bersama beberapa tokoh sepenting dia”, komentarnya sembari menunjuk-nunjuk ke arah beberapa gambar wajah di dinding tersebut.
Saya menyetujui, dan karena itulah pertanyaan saya muncul. Untuk saya, ideology seorang tokoh, serta apa yang telah ia sumbangkan akan menjadi pertimbangan untuk saya mengidolakan, dan bahkan menjadikannya bagian dari rumah rumah saya. Sejarah dan rekam jejak menjadi penting untuk saya sehingga tak perlu orang-orang yang menorehkan jejaknya pada sejarah besar yang menjadi pertimbangan saya. Orang-orang, yang hadir dalam sejarah kecil pun boleh jadi menjadi penting. Pikiran saya pun saya hentikan seketika semua menu mulai hadir di hadapan kami. Bagaimana pun, pesona makanan akan dengan cepat menarik perhatian dari perdebatan ataupun diskusi apapun yang terjadi sebelumnya. Kami pun memulai sarapan yang sedikit kesiangan ini meski sesekali pembicaraan tentang tokoh ini masih turut menyertai.
Obrolan ringan dengan pertanyaan sederhana ini tanpa disadari membesar dan menjadi berpusat pada pilihan-pilihan politis masing-masing dari kami sebagai warga. Tanpa sadar kami mulai memungut semena-mena informasi di televisi sebagai bahan pembicaraan politik sesuka hati ini. Ketika semakin berat dan terasa buntu, kami pun kembali ke makanan kami. Menikmatinya, dan sedikit meringankan pembicaraan kami seterusnya.
*Pagi itu dibuka dengan menu-menu yang sebenarnya sedikit sayang jika hanya dihabiskan bersama obrolan politik level dasar seperti yang kami lakukan. Terlalu berat untuk pagi yang cerah, dan tentu saja terlalu remeh untuk kehidupan yang lebih dari pada urusan siapa membangun tol atau siapa membangun taman.
Buat toko online cuma 20 detik! Hanya Rp 99ribu/bulan. Coba sekarang GRATIS 15 hari. Kunjungi Jejualan Jasa Pembuatan Toko Online.
Cerita-Cerita dalam Sebuah Gerai Kopi: Soegi Coffee
(Dito/DISKON.com)
Lokasi:
Nama Resto : Soegi Coffee
Alamat :Jl. C Simanjuntak (Ruko Yap Square), Jogja
Harga Per Porsi makan dan minum : Rp 25.000,-
Jam Operasional : 09.00 – 23.00 WIB
Rating :
Latitude: | Longitude: |
Tags : Kuliner, Jogja, Kopi, Coffee, Nongkrong, Waffle, Croissant
Komentari kuliner ini