Cerita-Cerita dalam Sebuah Gerai Kopi: Thons Coffee
Saya tiba di gerai kopi bernama Thons Coffee ini untuk bertemu seorang teman yang kebetulan sedang berkunjung ke Jogja. Ia adalah seorang penulis yang kebetulan sedang menyelenggarakan sebuah kegiatan di kota Jogja. Di meja tempat ia duduk, ada tiga orang lain yang tidak saya kenal. Mereka adalah teman-temannya yang tanpa sengaja juga berada di Jogja untuk mengunjungi sebuah pasar seni yang sedang berlangsung di Jogja.
Mereka bertiga adalah bagian dari keriuhan dari apa yang disebut oleh para pegiat seni Jogja sebagai Lebaran Seni. Tidak saja karena peristiwanya selalu berdekatan dengan bulan Ramadhan, kata Lebaran Seni ini sendiri sepertinya lebih merujuk pada perayaan dimana secara tiba-tiba terdapat lebih dari 40 peristiwa seni dalam satu-dua minggu tersebut. Ketiga orang ini adalah contoh dari sedikit orang yang ramai-ramai mengunjungi kota ini untuk merasakan dan melihat peristiwa-peristiwa kesenian tersebut. Setelah sedikit berkenalan dengan ketiganya, pembuka obrolan malam tersebut tentu seputar pasar seni tersebut. “Karya mana yang paling kamu suka?” adalah pertanyaan pembuka percakapan yang membawa kami semua pada obrolan mengenai seni yang seolah-olah kami pahami.
Salah seorang dari mereka menjawab sebuah karya tentang perumahan, yang berada di sudut gedung dari pasar seni tersebut. Untuknya, gambar-gambar yang dimunculkan mengingatkan ia pada pengalaman masa kecilnya ketika hidup di lingkungan perumahan. Lingkungan yang terbilang statis, seragam, dan terukur. Karya ini pun memiliki penjelasan yang cukup detil, yang membuat dirinya berhasil memahami ide dari karya tersebut. Saya yang awalnya melontarkan pertanyaan ini pun mendengarkan dengan seksama penjelasannya sembari meminum Hot Matcha Latte yang ada di hadapan saya. Seorang yang lainnya terpancing menjawabnya. Ia meneguk minuman Ice Mad Red yang berwarna merah muda itu sebelum akhirnya menyampaikan pendapatnya. Ia berpendapat jika karya yang menarik untuknya adalah karya yang berada di ujung pertama. Sebuah karya berukuran sangat besar, sangat cantik, detil, dan tentunya mengundang pengunjung untuk berfoto. Ia merasa karya yang menawarkan keindahan semacam itulah karya yang baik. Karya tersebut tidak memiliki hutang berbentuk tulisan penjelasan untuk menjelaskan dirinya. Ia hadir untuk dinikmati keindahannya. Saya pun mengangguk mendengar pendapatnya.
Teman saya yang merupakan penulis pun turut menjawab pertanyaan ini namun untuknya cukup susah menemukan yang ideal di dalam belantara karya seni yang sebenarnya serupa tapi tak sama. Saya, yang mungkin paling awam dalam hal seni rupa pun menyetujui tiap jawaban yang muncul. Sedangkan satu orang lainnya memilih untuk mendengarkan sembari meminum Ice Café Mocha-nya. Sama seperti saya.
*Percakapan ini berlangsung cukup lama. Cukup lama hingga tersisa kami setelah sebelumnya gerai kopi ini dipenuhi mahasiswa-mahasiswa yang menghabiskan waktu di malam hari.
Buat toko online cuma 20 detik! Hanya Rp 99ribu/bulan. Coba sekarang GRATIS 15 hari. Kunjungi Jejualan Jasa Pembuatan Toko Online.
Cerita-Cerita dalam Sebuah Gerai Kopi: Thons Coffee
(Dito/DISKON.com)
Lokasi:
Nama Resto : Thons Coffee
Alamat :Jl. Seturan Raya, Jogja
Harga Per Porsi makan dan minum : Rp 39.000,-
Jam Operasional : 09.00 – 24.00 WIB
Rating :
Latitude: | Longitude: |
Tags : Kuliner, Jogja, Kopi, Coffee, Nongkrong, Mad Red, Caffe Latte, Mocca
Komentari kuliner ini