Cerita-cerita dalam Sebuah Gerai Kopi: Kemari Coffee and Resto
Seorang teman duduk di hadapan saya. Ia telah menyiapkan diri untuk bercerita panjang lebar tentang hal-hal yang berhubungan dengan dirinya, khususnya tentang kegemarannya pada film.
Sudah banyak film yang ia tonton, bahkan mungkin mencapai ratusan film telah ia tonton dalam kurun 10 tahun sejak ia memasuki masa kuliahnya. Berpuluh festival film lokal pun telah ia kunjungi namun baru dua kali ia memberanikan diri untuk membuat film. Sudah banyak yang ia lihat namun belum banyak yang ia buat. Pembicaraan pun melebar. Bermula dari persoalan dari bagaimana ia melihat film, kini pembicaraan masuk lebih dalam, dan memunculkan pertanyaan seputar bagaimana menemukan gagasan dalam menciptakan karya. Bukan film saja namun karya secara umum. Satu pertanyaan dengan beberapa jawaban. Satu per satu diurai, dibicarakan, meski susah untuk disimpulkan. Satu pertanyaan membawa pertanyaan-pertanyaan lain untuk muncul. Tak ada habisnya.
Meski bukan ujung dari pertanyaan tersebut namun pertanyaan ini membawa pembicaraan kami hingga ke dalam wilayah-wilayah personal. Perihal kesedihan, kehilangan, kemarahan, hingga persoalan-persoalan ideologis yang menjadi latar untuk dibicarakan ke dalam sebuah karya. Tak peduli karya lukis, tulis, foto, video, ataupun film. Berbagai pengalaman kami pun turut menjadi bahan yang kami bicarakan. Dibuka satu per satu layaknya sedang curhat. Suasana yang nyaman memmbuat kami tak terlalu menghiraukan beberapa pengunjung lain yang turut berada di kafe tersebut. Ada perasaan-perasaan lega ketika kami saling bertukar cerita-cerita ini meski awal dari ini semua adalah untuk menjawab satu pertanyaan: “bagaimana menemukan gagasan dalam menciptakan karya?”
Secangkir café latte yang saya pesan pun sedikit menolong saya untuk memfokuskan diri untuk mencoba menjawab pertanyaan tersebut. Sedangkan kopi susu yang lembut nan manis bersama dengan sepotong Oreo cheesecake dan Rice Bowl Salted Egg Chicken yang ia pesan menjadi selingan yang meringankan pembicaraan ini. Makanan-minuman ini hadir namun tak berhasil mengalihkan kami sepenuhnya dari upaya untuk menjawab pertanyaan ini. Pertanyaan-pertanyaan yang terus bergulir dari satu ke yang lainnya. Tak ada ujung dari pembicaraan ini. Hanya waktu yang akhirnya menghentikan kami untuk menemukan jawaban. Orang bilang ini adalah open-ended question. Tidak ada jawaban karena jawabannya akan selalu mengikuti arus waktu. Jam sudah menunjukkan sore hari, dan kami pun membawa pulang pertanyaan-pertanyaan ini ke rumah untuk diberi ruang untuk dipikirkan.
*Cerita bermula dari kos seorang teman, yang berlanjut di gerai kopi bernama Kene yang tampak lapang, dingin, dan nyaman. Berkebalikan dari kos teman saya yang membuat saya harus meringkuk diantara tumpukan baju, meja komputer, dan kasur yang dilipat.
Buat toko online cuma 20 detik! Hanya Rp 99ribu/bulan. Coba sekarang GRATIS 15 hari. Kunjungi Jejualan Jasa Pembuatan Toko Online.
Cerita-cerita dalam Sebuah Gerai Kopi: Kemari Coffee and Resto
(Dito/DISKON.com)
Lokasi:
Nama Resto : Kemari Coffee and Resto
Alamat :Jl. Pedak Baru No. 19, Bantul, Jogja
Harga Per Porsi makan dan minum : Rp 25.000,-
Jam Operasional : 10.00 – 22.00 WIB
Rating :
Latitude: | Longitude: |
Tags : Kuliner, Jogja, Kopi, Coffee, Nongkrong
Komentari kuliner ini