Cerita-Cerita dalam Sebuah Gerai Kopi: Aypi Koffie Haus
Cukup jarang saya pergi berdua bersama kakak saya, yang kebetulan memang sehari-harinya disibukkan dengan kehadiran dua anaknya yang masih kecil dan menggemaskan. Dua balita yang selalu saya nantikan ketika datangnya hari-hari kumpul keluarga. Kami pergi untuk sedikit bersantai, atau dalam bahasa dia update dengan kehidupan masa kini.
Kami duduk di sebuah gerai kopi yang berada di area Seturan, Jogja bernama Aypi Koffie Haus. Area padat mahasiswa yang tentunya tak akan terlewatkan dari tren anak muda masa kini. Sesuatu yang baginya sudah tak lagi relevan dengan kehidupannya saat ini. Saya pun menanyakan minuman apa yang ia inginkan, dan ia pun menjawab red velvet latte dengan alasan ia sebelumnya tak mengetahui jika minuman dengan rasa ini ada karena setahu ia red velvet hanya hadir dalam bentuk kue saja. Saya pribadi memesan segelas kopi susu dengan pemanis madu. Ia pun mulai bercerita tentang jarak antara dirinya, dengan generasi muda saat ini. Jarak ini tidak hanya persoalan umur namun lebih dari itu, cara mengkonsumsi mereka pun jauh berbeda dari apa yang ia pahami. Minuman bercita-rasa Red Velvet yang ia pesan adalah satu dari banyaknya perbedaan-perbedaan mengkonsumsi. Meski untuknya minuman ini tak mengecewakan namun cara bagaimana anak sekarang merespon rasa tidak lagi berada di lidahnya namun juga bagaimana rasa tersebut dikonstruksi oleh teman-temannya, melalui media sosial.
Saya senang mendengar analisanya seputar hal-hal ini, yang untuk saya sebagian besarnya sangat masuk akal meski di saat yang sama memang segalanya sudah berubah. Tidak menjadi baik, tidak menjadi buruk pula. Keadaan hanya menjadi dirinya saat ini. Ada perasaan frustrasi dari generasi sebelumnya, ada perasaan bingung dari generasi yang mengalaminya, dan kedua hal itu bercampur dengan harapan-harapan atas keterbukaan. Saya mendengarkannya dengan seksama, karena bagaimana pun saya berada di ujung mula dari generasi ini, dan ia ada di tepian akhir dari generasi sebelumnya. Di irisan inilah kami mengalami hal-hal yang sama, dan di irisan lainnya kami berada di dua pengalaman yang berbeda satu sama lain. Pembicaraan yang bermula dari dua gelas plastik yang terdiri kopi susu dan Red Velvet Latte ini berlanjut cukup lama, dan harus diakhiri segera agar dapat kembali melanjutkan kehidupan – rutinitas kami.
Kami keluar dari gerai kopi yang akhir-akhir ini membanjiri kota Jogja. Kami meninggalkan gelas plastik yang telah kosong beserta pembicaraan tentang jarak generasi di atas meja gerai kopi tersebut. Kami kembali ke rutinitas kami yang berjarak dari hal-hal yang menjadi kehidupan generasi masa kini. Tidak bertolak belakang, hanya berjalan berdampingan. Tanpa titik temu antara satu garis dengan garis yang lainnya.
*Kami sempat berencana melanjutkan pembicaraan dan memesan dua tambahan minuman namun tiba-tiba kami baru ingat jika waktu tidak memungkinkan. Minuman yang telah dipesan tak bisa dibatalkan, kami pun membawa pulang kedua minuman tersebut bersama dengan pertanyaan-pertanyaan yang belum terjawab ataupun perasaan-perasaan yang belum tersampaikan.
Buat toko online cuma 20 detik! Hanya Rp 99ribu/bulan. Coba sekarang GRATIS 15 hari. Kunjungi Jejualan Jasa Pembuatan Toko Online.
Cerita-Cerita dalam Sebuah Gerai Kopi: Aypi Koffie Haus
(Dito/DISKON.com)
Lokasi:
Nama Resto : Aypi Koffie Haus
Alamat :Ruko Seturan Raya, Jogja
Harga Per Porsi makan dan minum : Rp 25.000,-
Jam Operasional : 10.00 – 22.00 WIB
Rating :
Latitude: | Longitude: |
Tags : Kuliner, Jogja, Kopi, Coffee, Nongkrong
Komentari kuliner ini