Cerita-Cerita dalam Sebuah Gerai Kopi: Believe
“Kita harus ketemu sore ini, aku punya cerita bagus”, tulis seorang teman kepada saya melalui layanan pesan singkat. Saya hanya membalas sebuah emoticon sebagai tanda kesepakatan. Tak lama kemudian, ia membalas lagi dengan menyebutkan nama tempat dan waktu pertemuan kami, Believe Coffee jam 17.00 WIB.
Tepat pukul 17.00 WIB, saya selesai jam kantor. Dengan segera saya melajukan kendaraan saya menuju gerai kopi yang berjarak tak lebih dari dua kilometer dari kantor. Ia mengetahui jam kantor dan lokasi kantor saya sehingga ia telah memperhitungkan terlebih dahulu seberapa lama saya akan terlambat dari janjian kami. Ketika saya tiba di lokasi, ia telah duduk di bagian dalam gerai kopi berukuran mungil ini dengan segelas Ice Americano yang tinggal separuh gelas. Rupanya ia sengaja berada di gerai tersebut terlebih dahulu untuk mencatat beberapa hal yang ingin ia ingat. Saya langsung memesan segelas Cappuccino, dan ia menambah satu gelas es kopi susu. Tepat setelah pantat saya mendarat di kursi, mulutnya langsung nyerocos bercerita tentang sebuah kelas yang baru saja ia ikuti. Sebuah kelas tentang sejarah dan politik ruang di kota. Saya adalah penggemar sejarah khususnya terkait dengan sejarah kota namun karena satu dan lain hal, saya tidak mungkin untuk mengikuti kelas yang diselenggarakan pada jam kerja saya tersebut.
Ia ingin bercerita kepada saya karena ia tahu tentang ketertarikan saya pada sejarah. Ia ingin membagi apa yan ia ketahui, dan ingin saya untuk mendapatkan pengetahuan yang sama. Ia mulai menceritakan bagaimana ia baru saja mengetahui bagaimana Ir. Soekarno membangun negeri ini selepas kemerdekaan, serta bagaimana visi beliau sebagai arsitek bangsa, yang diterapkan melalui setiap bangunan di kota Jakarta. Konon katanya, setiap pembangunan di Jakarta selalu berangkat dari upayanya membangun negara yang berpijak pada sejarah dan memiliki visi kebudayaan yang jelas. Saya sangat tertarik mendengar ceritanya yang sangat detil. Satu per satu hal ia ceritakan dengan sangat baik. Saya menduga, pengajar yang berada di kelas tersebut pun adalah seorang pencerita yang baik, yang dapat menggugah perasaan dan menggunakan bahasa yang sederhana. Tak ada yang lebih menyenangkan daripada mendengarkan sebuah cerita yang mengagumkan sembari minum kopi yang cukup lezat.
Ia terus bercerita, tentang sejarah, politik, dan bangunan-bangunan di kota Jakarta. Sesekali saya menimpalinya dengan pertanyaan atau informasi lain yang saya ketahui sebelumnya. Pembicaraan ini berlangsung lama, dan tak terasa kami sama-sama tiba di tetes terakhir minuman kami. Di ujung akhir pembicaraan, kami pun penasaran tentang kota kami, Jogja, dan kami pun bertanya-tanya adakah orang yang dapat menjelaskan sejarah politik dan ruang kota Jogja sebaik pengajar yang dapat menjelaskan kota Jakarta dengan sangat menarik.
*Kami pun menuntaskan setiap minuman kami yang setia menemani kami, dan membawa pulang pertanyaan akhir kami tersebut. Kami pun meninggalkan gerai kopi mungil di Jl. Mantrijeron, Jogja tersebut dengan kepala yang penuh cerita dan pertanyaan.
Believe Coffee
Jl. Mantrijeron, Jogja
14.00 23.00 WIB
Buat toko online cuma 20 detik! Hanya Rp 99ribu/bulan. Coba sekarang GRATIS 15 hari. Kunjungi Jejualan Jasa Pembuatan Toko Online.
Cerita-Cerita dalam Sebuah Gerai Kopi: Believe
(Dito/DISKON.com)
Lokasi:
Nama Resto : Believe Coffee
Alamat :Jl. Mantrijeron, Jogja
Harga Per Porsi makan dan minum : Rp 20.000,-
Jam Operasional : 14.00 23.00 WIB
Rating :
Latitude: | Longitude: |
Tags : Kuliner, Jogja, Nongkrong, Kopi, Coffee, Manual Brew
Komentari kuliner ini