Cerita-Cerita dalam Sebuah Gerai Kopi: Capslock Coffee
Seorang pria tampak tergesa masuk ke halaman gerai kopi yang terselip di belakang rumah yang terletak di ruas jalan utama di kota Jogja. Dari gestur dan bentuk badannya, saya mengenalinya. Ia adalah seorang kenalan yang cukup sering saya jumpai namun tak cukup dekat untuk mengobrol berlama-lama. Biasanya kami hanya bertegur sapa seadanya, dan tanpa perlu waktu yang lama masing-masing dari kami pasti sudah beranjak untuk bertemu orang lain.
Kali ini kami bertemu di sebuah gerai kopi yang bernama CAPSLOCK. Saya kebetulan memang sedang bersantai sejenak di jeda antara dua pekerjaan. Pada jeda-jeda semacam inilah saya biasa menyempatkan diri untuk menyambangi gerai kopi tanpa ditemani siapapun. Suara pintu terdengar ketika ia memasuki ruangan gerai yang tak terlalu luas ini. Mata kami bertatapan, dan kami langsung saling bertegur sapa. Ia pun mohon diri untuk memesan minuman terlebih dahulu. Jarak tempat duduk saya yang tak berjauhan dari meja bar membuat saya mampu mendengar pesanannya. Segelas Redskulltoper untuk diminum di tempat, dan Longblack untuk dibawa pergi. Meja yang tersedia cenderung bersifat community table sehingga ia pun memutuskan untuk dudu semeja dengan saya.
Saya pun mulai berbasa-basi dengan menanyakan kegiatannya. Awalnya ia hanya menjawab sepatah-dua patah kata saja. Ia membukanya dengan penjelasan jika ia harus berada di sebuah ruang seni tempat ia bekerja untuk memutar film dari seorang seniman video dari Jakarta. Percakapan singkat itu sempat berjeda karena saya sedang merangkai pertanyaan berikutnya, sedangkan dia sepertinya memang sudah selesai menjawab pertanyaan saya sebelumnya. Di antara jeda yang canggung itu ia pun tiba-tiba melanjutkan ceritanya bahwa dalam pemutaran itu, ia berlaku sebagai projectionist. Sebuah profesi yang sebelumnya tak terbayangkan oleh orang awam seperti saya. Dari penjelasannya, saya menyimpulkan jika ia adalah orang yang bertanggungjawab atas pemutaran tersebut dan memastikan bahwa film atau video itu diputar sesuai dengan standar. Saya mendengarkannya sembari sesekali meneguk Hulkbooster, menu perpaduan matcha dan espresso, yang menjadi pesanan saya siang itu. Di sela penjelasannya sesekali ia meminum menu pesanannya yang untuk saya tak berbeda jauh dari pesanan saya, yaitu redvelvet diracik bersama espresso. Dari percakapan singkat tersebut, saya mendapatkan sekilas informasi baru seputar pemutaran film, dan tentunya profil seorang seniman film/video yang tentu saja tak populer di kalangan awam seperti saya.
Gelas kertas di hadapannya telah kosong, ia pun bergegas pamit sembari membawa satu minuman lainnya. Saya masih memutuskan duduk sembari memikirkan informasi-informasi baru darinya. Sesuatu yang tentunya tak akan saya ketahui jika saya tidak bertemu dengannya hari ini. Mungkin, percakapan 20 menit ini adalah percakapan terlama yang pernah saya lakukan dengannya sejak pertama kali mengenalnya.
*Di saat yang sama, tangan saya memegang segelas plasting Coconah, es kopi susu berperasa kelapa, yang akhirnya saya putuskan untuk saya bawa pulang. Segelas minuman dingin untuk menemani bekerja di kantor.
Buat toko online cuma 20 detik! Hanya Rp 99ribu/bulan. Coba sekarang GRATIS 15 hari. Kunjungi Jejualan Jasa Pembuatan Toko Online.
Cerita-Cerita dalam Sebuah Gerai Kopi: Capslock Coffee
(Dito/DISKON.com)
Lokasi:
Nama Resto : Capslock
Alamat :Jl. Kaliurang KM. 5, Jogja
Harga Per Porsi makan dan minum : Rp 25.000,-
Jam Operasional : 10.00 – 23.00 WIB
Rating :
Latitude: | Longitude: |
Tags : Kuliner, Jogja, Kopi, Coffee, Nongkrong, Es kopi susu, single origin
Komentari kuliner ini