Cerita-Cerita dalam Sebuah Gerai Kopi: Janji Jiwa
Sebuah gerai kopi mungil tampak mengisi sebuah bangunan yang sejak dulu tak pernah jelas apa fungsinya. Namanya terlihat cantik dengan sebentuk garis bersambung yang menghadirkan tulisan Janji Jiwa. Saya dan seorang rekan kerja memutuskan untuk berhenti dari perjalanan kami untuk sedikit beristirahat.
Kami masuk dan memesan empat minuman sekaligus. dua diminum di tempat, dan dua dibawa pulang. Keterangan yang perlu saya sertakan untuk memastikan jika hanya ada satu gelas plastik yang nantinya akan terbuang mengingat saya telah membawa satu botol minum untuk pesanan saya yang akan saya bawa pulang. Dua minuman lainnya akan kami minum di tempat, jadi minuman tersebut dapat disajikan dengan memakai gelas kaca saja. Tak berselang lama, tiga gelas plastik tertutup rapat dan satu wadah minum saya hadir di meja. Saya kaget, dan langsung memikirkan tentang bagaimana tren penggunaan gelas plastik yang mengiringi popularitas minuman es kopi susu untuk semakin mengada-ada.
Saya tak mempersoalkan rasa dari es kopi susu yang sejujurnya saya gemari namun ada yang salah dari tren ini, yaitu gelas plastik yang biasanya digunakan untuk minuman tersebut. Dulu, tren gelas kertas saja pernah digugat penggunaannya. Belum selesai persoalan ini, sekarang bertambah lagi dengan tren gelas plastik. Untuk minuman yang dibawa pulang mungkin masih sedikit termaafkan namun minum di gerai kopi tersebut secara langsung dengan menggunakan gelas plastik adalah keputusan yang aneh dan mungkin sembrono untuk saya. Saya tak menyalahkan spesifik gerai kopi tempat dimana saya berada ini karena mungkin semua ini bermula dari bagaimana tren minuman kopi susu ini pertama kali muncul dalam sebentuk foto ujung tangan yang menggenggam segelas plastik es kopi susu yang segar, yang tampak gula merahnya menumpuk di bagian bawah gelas tersebut. Foto ujung tangan yang menggenggam gelas kopi ini dalam posisi miring ini mengisyaratkan gestur gerakan mengocok gelas ini kemudian menjadi populer sebagai gestur mencampurkan gula aren dengan kopi susunya.
Sebuah gambar diporduksi massal melalui media sosial. Ia berkembang biak sebebas-bebasnya, dan dimaknai seluas-luasnya pula. Tak hanya apa yang ada di gambar tersebut saja yang menjadi populer, segala sesuatu yang diduga mengitarinya pun turut menjadi populer, tak terkecuali gelas-gelas plastik tersebut. Gelas-gelas penanda jaman es kopi susu.
*Meski diliputi perasaan bersalah namun memang tak bisa dipungkiri jika meminum es kopi susu di siang hari adalah suatu hal yang membuat saya senang. Tak ada yang salah dengan Es Kopi Susu, Es Yoghurt Yuzu, Es Susu Hojicha, maupun Es Kopi Soklat yang kami pesan. Semuanya nikmat, hanya cara menikmatinya saja yang membuat saya merasa bersalah.
Buat toko online cuma 20 detik! Hanya Rp 99ribu/bulan. Coba sekarang GRATIS 15 hari. Kunjungi Jejualan Jasa Pembuatan Toko Online.
Cerita-Cerita dalam Sebuah Gerai Kopi: Janji Jiwa
(Dito/DISKON.com)
Lokasi:
Nama Resto : Janji Jiwa
Alamat :Jl. Cendrawasih, Jogja
Harga Per Porsi makan dan minum : Rp 20.000,-
Jam Operasional : 10.00 – 22.00 WIB
Rating :
Latitude: | Longitude: |
Tags : Kuliner, Jogja, Kopi, Coffee, Nongkrong, Es kopi susu
Komentari kuliner ini