Cerita-Cerita dalam Sebuah Gerai Kopi: Jeda
Ritual setiap orang selepas bepergian jauh ataupun panjang memang berbeda-beda. Beberapa orang memilih untuk berdiam di dalam rumah untuk beberapa waktu sebagai bentuk pelampiasan kerinduannya terhadap rumah atau sekedar waktu untuk beristirahat. Beberapa orang lainnya memilih untuk segera pergi berkeliling kota tempat tinggalnya, dan mengunjungi tempat-tempat ataupun orang-orang yang akrab dengannya.
Saya adalah tipe kedua. Saya selalu ingin segera bertemu dengan hal-hal, tempat-tempat, ataupun beberapa teman yang akrab. Hal ini lah yang saya lakukan setelah bepergian dalam rentang waktu yang lebih panjang dari biasanya. Setibanya di Jogja, saya langsung mengunjungi seorang teman dekat saya. Ia memilih untuk sebuah tempat bernama Jeda. Mungkin, ia ingin memperkenalkan pada saya sebuah gerai kopi yang akhir-akhir ini kerap ia sambangi. Biasanya saya memilih tempat yang sudah pernah saya kunjungi namun karena namanya, saya merasa ini adalah momentum yang tepat. Jeda selepas bepergian sebelum memulai kembali hal-hal keseharian di kota Jogja. Setibanya di lokasi, teman saya tersebut telah menanti dengan senyum, duduk di ujung ruang semi terbuka yang berukuran mungil. Saya mendatanginya, dan kami pun langsung menanyakan kabar masing-masing.
Setelah saya menjawabnya terlebih dahulu, ia pun menyampaikan jika dirinya sudah lulus kuliah dan baru saja putus dengan kekasihnya. Kedua pesan yang seharusnya membawa dua perasaan yang berlawanan ia sampaikan dalam satu hitungan napas. Kebingungan dalam menanggapi kabar ini, saya pun ijin untuk memesan segelas latte dan V60 terlebih dahulu. Kami pun melanjutkan obrolan tentang kedua hal yang sempat terpotong tersebut. Saya mengucapkan selamat atas kelulusannya, dan kemudian dilanjutkan dengan kebingungan untuk menanggapi berita tentang hubungan percintaannya. Melihat saya kebingungan, ia pun mulai bercerita jika keputusan tersebut diambil berdasar kesadaran, dan kesepakatan bersama. Tak ada sakit hati, tak ada kemarahan meski ada sedikit perasaan sedikit yang terasa dari setiap pilihan kata yang meluncur dari mulutnya. Ia kemudian memilih untuk menyebutnya sebagai conscious uncoupling, istilah yang konon dipopulerkan oleh Gwyneth Paltrow.
Kepala saya mengangguk sembari mulut saya tak henti meminum kopi V60-nya yang kuat, yang membuat saya terus fokus pada ceritanya. Untuk ukuran anak muda di pertengahan awal usia 20-an, ia terdengar dewasa atau setidaknya tak seperti beberapa orang yang saya kenal ketika menghadapi situasi yang sama. Setelah bercerita panjang lebar, ia pun meminum es kopi susunya yang tampak menyegarkan. Ia pun berhenti sejenak, bergantian mendengarkan cerita-cerita saya, yang tentunya tak menarik karena semua perjalanan ini didominasi oleh pekerjaan-pekerjaan.
*Ia menyelesaikan es kopi susunya sebelum saya berhasil menyelesaikan gelas kopi kedua saya. Ia undur diri terlebih dahulu untuk mengurus segala hal terkait kelulusannya, dan saya memilih bertahan di Jeda, menikmati kesederhanaan ruang dan keheningannya bersama latte yang masih tersisa setengah gelas.
Jeda
Jl. Kapten Pierre Tendean, Wirobrajan, Jogja
09.00 - 23.00 WIB
Buat toko online cuma 20 detik! Hanya Rp 99ribu/bulan. Coba sekarang GRATIS 15 hari. Kunjungi Jejualan Jasa Pembuatan Toko Online.
Cerita-Cerita dalam Sebuah Gerai Kopi: Jeda
(Dito/DISKON.com)
Lokasi:
Nama Resto : Jeda
Alamat :Jl. Kapten Pierre Tendean, Wirobrajan, Jogja
Harga Per Porsi makan dan minum : Rp 20.000,-
Jam Operasional : 09.00 – 23.00 WIB
Rating :
Latitude: | Longitude: |
Tags : Kuliner, Jogja, Nongkrong, Kopi, Coffee, Manual Brew
Komentari kuliner ini