Cerita-Cerita dalam Sebuah Gerai Kopi: Langit Senja
Nama senja sepertinya tak pernah kehilangan nuansa romantis. Sebagai kata, ia kata tersebut menjadi lebih bermakna, seperti halnya nama gerai kopi ini: Langit Senja.
Kami datang bersama, mencari tempat untuk menghabiskan senja. Ketika senja telah habis, kami pun berpindah ke dalam ruang, dan menghabiskan sisa kopi kami. Rasa hangat masih hadir di dalam tubuh kami, dan sebelum kehangatan itu hilang, kami pun mulai membicarakan tentang perjalanan panjang yang akan kami lakukan. Ia kelelahan dengan perjalanan-perjalanan panjang yang membuat ia tak pernah menginjakkan kaki di rumahnya sendiri. Aku, terlalu sering berada di rumah dan membutuhkan perjalanan-perjalanan. Kami pun bersepakat untuk melakukan perjalanan-perjalanan pendek. Bisa jadi perjalanan ini menjadi panjang namun dalam tarikan nafas yang pendek-pendek, yang di dalamnya dipenuhi istirahat dan memaknai. Kami memilih untuk mengunjungi beberapa kota kecil di seputaran batas imajiner yang sisa-sisa masa lalu. Kota-kota kecil tetangga yang menurut kami selalu terlewatkan dari perhatian kami.
Kami sudah di tetes terakhir kopi kami. Ini gelas kopi pertama saya hari ini namun tentu bukan gelas kopi pertamanya. Pembicaraan kami masih berlanjut. Satu titik ke titik lainnya sudah kami putuskan. Jarak tempuh, waktu istirahat, hingga hal-hal apa yang ingin kami ketahui pun telah kami bicarakan satu sama lain. Semua tersusun rapi hingga satu hal yang paling mengganggu kami pun tiba, yaitu kapan rencana ini bisa dimulai. Semua sudah tersusun namun tidak dengan keberanian kami untuk memulai perjalanan yang tentunya mengharuskan kami meninggalkan pekerjaan tanpa alasan yang penting. Perjalanan ini terkesan pendek namun ia rangkaian dari sesuatu yang panjang. Sebuah komitmen harus hadir di perjalanan ini. Ketika dimulai, kami tak bisa berhenti di tengah jalan, dan memutar balik arah ke rumah karena itu semua membuat semua yang telah dimulai menjadi sia-sia. Membuang waktu. Kami pun memutuskan berhenti berbicara untuk memikirkan sejenak keputusan seperti apa yang akan kami ambil selanjutnya.
Kopi sudah habis, begitu pula dengan senja dan berbagai perasaan hangat yang menyertainya. Kami pun kehilangan untuk tetap berada di gerai kopi ini karena yang kami butuhkan adalah jeda untuk memikirkan rencana-rencana tanpa keberanian untuk diwujudkan ini.
*Secangkir cappuccino, espresso, dan kopi single origin menemani kami menghabiskan senja hingga tak bersisa. Kaffein membuat kami bersemangat dan semangat itu semoga bertahan lama.
Buat toko online cuma 20 detik! Hanya Rp 99ribu/bulan. Coba sekarang GRATIS 15 hari. Kunjungi Jejualan Jasa Pembuatan Toko Online.
Cerita-Cerita dalam Sebuah Gerai Kopi: Langit Senja
(Dito/DISKON.com)
Lokasi:
Nama Resto : Langit Senja
Alamat :Jl. Watu Gede, Jogja
Harga Per Porsi makan dan minum : Rp 25.000,-
Jam Operasional : 08.00 – 23.00 WIB
Rating :
Latitude: | Longitude: |
Tags : Kuliner, Jogja, Kopi, Coffee, Nongkrong,Cappuccino, Single Origin
Komentari kuliner ini