Cerita-Cerita dalam Sebuah Gerai Kopi: Kata Kopi
Sebuah pertanyaan tentang kerusuhan massa yang kerap terjadi di kota-kota besar di Indonesia tiba-tiba meluncur keluar dari mulut seorang teman ketika kami duduk menghabiskan malam di sebuah gerai kopi bernama Kata Kopi.
Gerai kopi yang awalnya tampak bising oleh lalu-lalang pun mendadak terasa sepi. Mungkin kebisingan itu masih ada disana namun kepala saya terfokus pada pertanyaannya tersebut. Pertanyaannya sederhana, hanya menanyakan apakah saya pernah tahu tentang kerusuhan yang terjadi di tahun 1998. Saya tak banyak tahu karena selain umur saya masih kecil, saya pun tinggal di Jogja. Meski di Jogja terjadi kerusuhan namun jika dibandingkan dengan Jakarta, kota dimana teman saya tinggal masih terbilang lebih aman. Pertanyaan ini mungkin muncul karena ia melihat riuhnya demonstrasi yang sedang marak terjadi. Untuknya, tidak ada masalah dengan demo yang saat ini terjadi karena mungkin memang dibutuhkan namun ia tiba-tiba teringat pengalamannya di masa kecil, di tahun 1998 tersebut.
Ia pun mulai bercerita betapa area perumahan di sekitar tempat tinggalnya mulai membangun pagar-pagar tinggi, dan mulai menutup akses-akses jalan masuk perumahan tersebut yang awalnya cukup terbuka. Tidak hanya tinggi, pagar-pagar ini bahkan kerap memiliki kawat-kawat berduri di beberapa sudut. Pintu utama pun menjadi titik pengawasan paling ketat untuk menjaga agar yang ada di luar tak masuk ke dalam perumahan. Ia melihat pagar-pagar tinggi ini sebagai respon berbagai ketakutan yang muncul akibat kerusuhan saat itu. Seiring berjalannya waktu dan meredanya berbagai kerusuhan tersebut, perumahan-perumahan baru banyak yang mulai menawarkan keamanan yang tinggi sebagai nilai jual perumahan tersebut. Di saat yang sama, ia mulai melihat pagar-pagar yang mengelilingi perumahan ini perlahan menjadi monumen pengingat atas kerusuhan yang pernah terjadi. Meski pagar ini tak pernah dirayakan atau dipahami sebagai monumen namun ia dapat dilihat sebagai penanda atas terjadinya peristiwa kerusuhan tersebut.
Saya tak pernah melihat pagar dengan cara seperti teman saya. Saya tak pernah melihatnya sebagai sebuah monumen atas kerusuhan karena mungkin saya tak pernah memiliki pengalaman dan pengetahuan yang sama dengannya. Meski saya melihat pagar sebagai pengaman namun tidak sama dengan cara ia melihat sebuah pagar di perumahan-perumahan di Jakarta.
*Sesekali ia terlihat seperti sedang membayangkan pengalaman yang pernah ia alami sembari meminum kopi susu rasa kelapa yang menurutnya menyegarkan tersebut. Di saat yang sama, sepanjang mendengarkan cerita tersebut, saya telah menghabiskan segelas matcha latte dan kopi susu gula aren. Malam semakin larut, dan kami pun memutuskan untuk mengakhiri pembicaraan tersebut dan meninggalkan gerai kopi mungil berbentuk kontainer berwarna putih-tosca tersebut.
Kata Kopi
Jl. Ringroad Utara (Timur Perempatan Ringroad UPN), Jogja
10.00 – 22.00 WIB
Buat toko online cuma 20 detik! Hanya Rp 99ribu/bulan. Coba sekarang GRATIS 15 hari. Kunjungi Jejualan Jasa Pembuatan Toko Online.
Cerita-Cerita dalam Sebuah Gerai Kopi: Kata Kopi
(Dito/DISKON.com)
Lokasi:
Nama Resto : Kata Kopi
Alamat :Jl. Ringroad Utara (Timur Perempatan Ringroad UPN), Jogja
Harga Per Porsi makan dan minum : Rp 25.000,-
Jam Operasional : 10.00 – 22.00 WIB
Rating :
Latitude: | Longitude: |
Tags : Kuliner, Jogja, Nongkrong, Kopi, Coffee, Manual Brew
Komentari kuliner ini