Cerita-Cerita dalam Sebuah Gerai Kopi: Ruang Kerja
Seorang teman yang sempat merencanakan untuk pergi ke Leiden datang tergopoh-gopoh karena telat lebih dari 30 menit dari waktu yang telah kami sepakati. Ia menghampiri meja yang berada di halaman belakang gerai kopi ini yang menghadap ke jurang kecil, yang di bawahnya terdapat sungai Code. Kelap-kelip lampu rumah-rumah yang berada di sepanjang sungai ini menjadi pemandangan kami malam itu. “Seperti di Bandung ya,” ucapnya ketika tiba di meja sembari mengatur nafasnya yang tersendat-sendat. Ia duduk di depan saya. membelakangi pemandangan sungai yang ia komentari sebelumnya.
“Aku mempercepat keberangkatanku ke Leiden jadi tahun ini,” ujarnya tepat ketika seluruh tubuhnya tak lagi berdiri, sembari meletakkan kedua tangannya di atas meja. Sebuah kalimat sederhana, yang langsung memunculkan rasa penasaran di kepala saya. Mulutnya hanya berhenti sejenak sebelum kemudian melanjutkan dengan cerita-cerita tentang kesempatan yang baru saja ia dapatkan. Kesempatan itu datang mendadak kata dia. Kesempatan ini hampir pasti jadi namun ia baru berani menceritakannya pada beberapa orang saja, termasuk saya. Dengan antusias ia bercerita jika perjalanan ini sedikit melenceng namun masih sesuai dengan apa yang sebelumnya telah ia rencanakan untuk dilakukan tahun depan. Kesempatan datang, ia pun menyambarnya.
Sebagai orang yang mengenal dan telah mendengarkan rencana keberangkatannya sebelumnya, saya tak bisa menyembunyikan perasaan senang saya. Ia berhenti cerita sejenak sembari meminum segelas kopi hitam bercitarasa buah yang konon menurutnya terasa menyegarkan, khususnya di suasana malam Jogja yang kerap memancing keringat. Ia melanjutkan cerita tentang detil rencana perjalanan yang akan ia lakukan, sesekali ia pun menceritakan kegugupannya ketika berkorespondensi dalam bahasa Inggris, bahasa yang belum nyaman ia gunakan khususnya ketika bahasa tersebut harus dituliskan ke dalam sebuah surel. Ia yang ketika bicara sedikit susah untuk dihentikan, dan kepiawaiannya berbicara dengan nyaris semua lapisan kelas masyarakat tak diragukan lagi ini pun ternyata bisa gugup ketika ia harus berkorespondensi.
Lebih dari sejam kami mengobrol. Membicarakan hal-hal yang masih berwujud rencana. Konon katanya, mengobrol semacam ini separuh bagiannya adalah doa, dan semoga saja semua rencana yang nyaris pasti ini menjadi semakin pasti.
*Saya mengalah dan memberikan panggung pada teman saya tersebut pada malam itu. Percakapan nyaris satu arah ini saya nikmati dengan menjadi pendengar, yang sesekali dengan tak sopannya menyantap Nasi Hainan tanpa menawarinya.
Buat toko online cuma 20 detik! Hanya Rp 99ribu/bulan. Coba sekarang GRATIS 15 hari. Kunjungi Jejualan Jasa Pembuatan Toko Online.
Cerita-Cerita dalam Sebuah Gerai Kopi: Ruang Kerja
(Dito/DISKON.com)
Lokasi:
Nama Resto : Ruang Kerja
Alamat :Jl. Dr. Sardjito, Jogja
Harga Per Porsi makan dan minum : Rp 25.000,-
Jam Operasional : 08.00 – 24.00 WIB
Rating :
Latitude: | Longitude: |
Tags : Kuliner, Jogja, Kopi, Coffee, Nongkrong
Komentari kuliner ini