Cerita-Cerita dalam Sebuah Gerai Kopi: Kereta Kopi
Seorang teman baru saja pulang dari sebuah negara di Eropa. Ini tentu bukan perjalanannya yang pertama kali, dan setiap kali ia pulang dari bepergian, ia selalu menantang saya untuk mengajaknya pergi ke sebuah gerai kopi yang menurut saya menarik.
Dengan sedikit iseng, saya mengajaknya ke sebuah gerai kopi bernama Kereta Kopi, yang berlokasi di tengah boulevard yang ada di area Kotabaru, Jogja. Kami pun berkendara motor menuju gerai kopi sangat sederhana ini. Kami pun turun, dan mulai duduk sembari memesan. Ia cukup terkesima mengingat area ini adalah area favoritnya di Jogja. Mulutnya pun langsung bercerita panjang lebar tentang perjalanannya ke Eropa kali ini. Ia memulainya dengan berterima kasih karena telah mengajaknya ke tempat seperti Kereta Kopi ini. Selepas perjalanannya kali ini, satu hal mengubah dirinya, yaitu ia tak lagi mencari tempat-tempat bertabur lampu dengan sisi artistik industrialis masa kini, dan berada di dalam ruang yang steril. Untuknya kesederhanaan semacam gerai kopi ini justru kini membuatnya terasa nyaman. Ada hal-hal yang untuknya susah dijelaskan mengapa kesederhanaan seperti ini terasa lebih genuine dibandingkan ruang-ruang yang steril.
Salah satu hal yang menjadi perhatiannya ketika melakukan perjalanan adalah melihat bagaimana orang-orang berinteraksi dengan ruang-ruang hidupnya, tak terkecuali ruang publik. Memang, menurutnya ada banyak perbedaan sistem yang membuat ruang-ruang publik di Indonesia tidak diakses seperti di luar negeri namun hal ini perlu dilihat sebagai tantangan yang perlu dijawab. Seperti sebuah gerai kopi sederhana di tengah boulevard Kotabaru ini. Kehadirannya bisa membuat orang berhenti sejenak atau memelankan diri dari kesibukannya untuk sekedar menikmati area yang indah ini, baik dengan secangkir kopi atau sekedar menyadari keberadaan ruang hidup yang tak begitu saja dilewati dengan kecepatan motor. Meski tak menyangka ia akan menikmati sebuah gerai sederhana di bawah rerimbunan pohon ini namun saya sepakat. Saya pun terkadang canggung dan bingung bagaimana menikmati ruang publik semacam ini, dan kehadiran gerai sederhana yang secara penempatan mungkin tak melanggar tata aturan fungsi ruang publik namun untuk saya ia berada di titik yang pas. Tidak mengganggu pemandangan apalagi menghadirkan kemacetan atau bahkan mengganggu pejalan kaki.
Di negeri yang berada di atas tanah yang terus bergerak ini tak ada sesuatu hal pun yang solid. Setidaknya hal ini yang terlihat dari bagaimana orang secara organik mencoba membuat ruangnya terasa lebih bersahabat, nyaman , dan terlihat meski terkadang tak menggunakan aturan yang berlaku. Mungkin beberapa hal perlu penyesuaian, atau mungkin memang kita sangat organik dan kreatif sehingga tak melihat aturan sebagai hambatan. Mungkin upaya membuat gerai kopi dari motor yang dimodifikasi dan berada di area Kotabaru adalah cara untuk membuat area ini lebih disadari dan disyukuri keberadaannya. Dan mungkin saja hal ini lebih penting dari sekedar mengikuti aturan yang justru membuat orang memilih berada di ruang-ruang sterilnya masing-masing.
*Segelas kopi cold brew, es kopi susu cold brew menemani obrolan kami siang itu di bawah rindangnya pohon-pohon Kotabaru. Meski kopi-kopi ini tergolong biasa namun suasana berada di gerai sederhananya memang membuat kami terus tenggelam dalam obrolan hingga tanpa sadar sudah nyaris dua jam berlalu.
Kereta Kopi
Kotabaru (Utara gereja Kotabaru), Jogja
10.00 – 20.00 WIB
Buat toko online cuma 20 detik! Hanya Rp 99ribu/bulan. Coba sekarang GRATIS 15 hari. Kunjungi Jejualan Jasa Pembuatan Toko Online.
Cerita-Cerita dalam Sebuah Gerai Kopi: Kereta Kopi
(Dito/DISKON.com)
Lokasi:
Nama Resto : Kereta Kopi
Alamat :Kotabaru (Utara gereja Kotabaru), Jogja
Harga Per Porsi makan dan minum : Rp 20.000,-
Jam Operasional : 10.00 – 20.00 WIB
Rating :
Latitude: | Longitude: |
Tags : Kuliner, Jogja, Nongkrong, Kopi, Coffee, Manual Brew
Komentari kuliner ini