Cerita-Cerita dalam Sebuah Gerai Kopi: Laju Kopi
Kami datang berempat, satu diantara kami seorang perempuan. Kami berempat memang kebetulan merupakan teman yang cukup dekat. Dua diantaranya memang sudah saya kenal mungkin lebih dari enam tahun. Laju, nama gerai kopi tersebut entah mengapa terasa sangat dekat dengan perusahaan jasa pengiriman barang, begitu pula dengan logonya yang tertera di depan gerai tersebut.
Kami datang membawa sebuah buku yang berisi pertanyaan-pertanyaan. Seorang seniman-penulis menerbitkan sebuah buku yang berisi pertanyaan-pertanyaan dimana tiap-tiap orang harus membuka secara acak buku tersebut secara bergantian, dan menjawab pertanyaan yang tertulis di halaman tersebut. Tak ada aturan mengenai jawaban yang dilontarkan, bisa saja sebuah kebohongan yang menjadi jawaban namun tak menutup kemungkinan salah seorang dari kami menjawabnya dengan jujur, atau bahkan polos. Pertanyaan-pertanyaan yang dituliskan di dalam buku ini semacam dua sisi uang. Di satu sisi ia hadir seperti sesuatu yang tak serius, dan hanya sebatas pemecah keheningan diantara sekumpulan orang namun di sisi yang lain ia terasa sangat reflektif, yang kemudian menenggelamkan seseorang ke dalam pertanyaan-pertanyaan yang lebih dalam, yang mungkin saja tidak tertulis di halaman-halaman buku tersebut.
“Hal egois apa yang pernah kamu lakukan?” adalah salah satu pertanyaan yang saya ingat dari buku tersebut. Salah seorang dari kami menjawab mengenai keputusannya untuk berada di kota ini, yang membuatnya jauh dari keluarga sebagai sebuah keputusan yang egois. Entah mengapa salah seorang yang lain menanggapinya dengan melihat keputusannya tersebut bukan keputusan yang egois mengingat keberadaannya di kota ini adalah sebagai bentuk keberlangsungan karirnya. Seorang teman yang lain menimpali dengan jawaban yang serupa namun tak sama. Keputusannya untuk berada di kota ini, yang merupakan kota dimana ia berada sejak lahir hingga berusia tiga puluh-an ini sebagai keputusan yang egois. Keinginannya berada di kota ini, dan bekerja tidak tetap untuknya keputusan egois namun susah untuk ia tolak. Buku tersebut kami tutup, dan pembicaraan pun beralih pada pertanyaan-pertanyaan berikutnya seputar keputusan-keputusan untuk berada di kota ini, yang mungkin saja tak ada di dalam buku tersebut. Kami tidak tahu.
“Apa yang membuatmu berada disini?” pertanyaan ini hadir dari salah satu halaman di dalam buku tersebut. Pertanyaan yang seolah ditakdirkan untuk menjadi kelanjutan dari pembicaraan sebelumnya. Pertanyaan yang coba kami jawab dengan lengkap namun untuk saya tetap menghadirkan lubang. Lubang yang harus segera ditutup dengan sebuah keputusan. Lubang yang akan semakin luas seiring dengan waktu berjalan, yang beriringan dengan penundaan untuk membuat keputusan.
* Es Kopi Gula Nira, Es Kopi, Es Kopi Pisang Keling, Es Kopi Susu Terbaik, dan Es Madu Sejuk Segar tanpa sengaja menjadi saksi yang merekam jawaban demi jawaban yang terlontar dari mulut kami. Kehadiran lima gelas minuman ini cukup meredam ketegangan kami atasa pertanyaan-pertanyaan yang muncul tak terduga dari dalam buku ini.
Buat toko online cuma 20 detik! Hanya Rp 99ribu/bulan. Coba sekarang GRATIS 15 hari. Kunjungi Jejualan Jasa Pembuatan Toko Online.
Cerita-Cerita dalam Sebuah Gerai Kopi: Laju Kopi
(Dito/DISKON.com)
Lokasi:
Nama Resto : Laju Kopi
Alamat :Jl. Kaliurang KM. 4 (Belakang Rempah Asia), Jogja
Harga Per Porsi makan dan minum : Rp 22.000,-
Jam Operasional : 08.00 – 24.00 WIB
Rating :
Latitude: | Longitude: |
Tags : Kuliner, Jogja, Kopi, Coffee, Nongkrong, Kopi Susu Aren, Kopi Susu Pisang, Kopi Susu Rum
Komentari kuliner ini