Cerita-Cerita dalam Sebuah Gerai Kopi: Lars Coffee
Pagi hari dan hari libur adalah dua hal yang hanya beririsan secara tipis dalam kehidupan saya. Hari libur artinya melewatkan pagi dalam posisi terlelap tanpa gangguan. Sepertinya anggapan ini tidak berlaku untuk saya pada hari libur kali ini. Aktivitas telah dimulai sejak pagi, yang kemudian berdampak pada ritual hari libur saya.
Pada hari libur kali ini, acara keluarga akan dimulai pukul 09.00 WIB pagi, yang artinya saya harus bangun setidaknya dua setengah jam sebelumnya karena persiapan, perjalanan, dan tentunya ritual meminum kopi saya. Semuanya harus dipercepat. Bahkan, jika memungkinkan ada hal-hal yang dilakukan secara bersamaan, atau bisa jadi dilupakan saja. Saya tak tahu apa yang saya perjuangkan untuk berusaha mempertahankan ritual-ritual hari libur saya. Meski sudah direncanakan sejak malam sebelumnya, saya tetap saja bangun kesiangan. Dengan cepat, saya menyambar handuk dan mandi sekenanya. Mata masih terasa berat meski badan sudah basah oleh air. Setelah semua beres, saya pun memacu kendaraan roda dua saya di jalan.
Tak seperti dugaan saya, jalanan cukup lancar sehingga jika saya teruskan langsung menuju ke acara, saya akan tiba sekitar 30 menit lebih awal. Sedangkan acara keluarga tersebut, biasanya mundur sekitar 15-30 menit. Jadi, dengan hitungan seperti itu, saya akan datang terlalu cepat sekitar 45 menit. Saya pun memilih jalan sedikit memutar dan menuju sebuah gerai kopi bernama Lars Coffee. Saya memesan segelas V60 untuk membantu saya membuka mata. Diantara perasaan terburu-buru tersebut, saya mencoba mengingat acara keluarga apa yang akan saya datangi ini. Setelah menegak setengah cangkir kopi hitam yang mantap ini, pikiran pun tercerahkan. Acara keluarga kali ini adalah syukuran atas kelahiran bayi saudara yang baru saja dilahirkan. Saya mencoba mengingat namanya namun gagal. Terlalu banyak huruf Z, F, dan mungkin V atau bahkan X. Di tengah kegagalan saya mengingat nama bayi tersebut, saya terkesima dengan bagaimana nama-nama bayi masa kini terasa susah diingat. Entah saya yang pemalas untuk mengingat nama, kreativitas orang tua yang sudah sangat tinggi, atau justru memang nama-nama masa kini terlalu ahistoris dari kosakata atau penggunaan huruf keseharian di Indonesia. Semacam mengambil semua kata yang bagus tanpa memikirkan ketika disatukan akan menjadi serentetan kata yang kehilangan makna.
Meski tentu banyak nama-nama bayi yang terdengar indah dan bagus juga namun entah mengapa justru saya lebih banyak dikelilingi bayi-bayi dengan nama yang susah untuk diingat. Secara acak, pikiran saya tiba-tiba membayangkan bagaimana nanti ketika anak-anak tersebut harus menuliskan nama mereka pada lembar jawaban komputer seperti ketika saya mengerjakan ujian masuk perguruan tinggi.
*Setelah kopi hitam habis, saya secara impulsif memesan segelas kopi susu, dan di saat itu lah saya tersadar saya telah melamun terlalu lama. Waktu sudah menunjukkan pukul 09.30 WIB, dan sepertinya saya akan kena marah oleh kakak saya akibat keterlambatan ini.
Buat toko online cuma 20 detik! Hanya Rp 99ribu/bulan. Coba sekarang GRATIS 15 hari. Kunjungi Jejualan Jasa Pembuatan Toko Online.
Cerita-Cerita dalam Sebuah Gerai Kopi: Lars Coffee
(Dito/DISKON.com)
Lokasi:
Nama Resto : Lars Coffee
Alamat :Puluhdadi, Condong Catur, Jogja
Harga Per Porsi makan dan minum : Rp 20.000,-
Jam Operasional : 08.00 – 01.00 WIB
Rating :
Latitude: | Longitude: |
Tags : Kuliner, Jogja, Kopi, Coffee, Nongkrong, Es kopi susu, single origin
Komentari kuliner ini