Cerita-Cerita dalam Sebuah Gerai Kopi: Maison Daruma
Sebuah pesan dari telepon seluler membangunkan saya dari tidur malam saya yang terbilang pendek.. Bunyi pesan tersebut membangunkan namun tak mengagetkan saya. Sekitar lima jam saya terlelap akibat diburu pekerjaan yang menghabiskan malam dan menguras tenaga.
“Bisa ketemu nanti jam 10 di Maison Daruma?”, bunyi dari pesan itu.
Pesan yang dikirimkan oleh seorang teman kecil saya tersebut tampaknya memang sedang mencari teman. Saya pun langsung membalasnya dengan mengiyakan ajakan tersebut sembari sesekali melakukan pencarian mengenai apa itu Maison Daruma. Rupanya itu adalah sebuah nama gerai kopi baru tak jauh dari tempat kerja saya. Ajakan ini cukup membingungkan karena saya selalu berpikir jika dirinya memiliki pekerjaan kantoran yang tentunya membuatnya tak bebas berkeliaran pada jam-jam tersebut. Saya sendiri sedikit memiliki keleluasaan mengatur waktu kerja mengingat semalaman kantor telah menyita saya dari kebebasan. Mungkin ini saatnya sedikit balas dendam.
Pagi berjalan sangat cepat, dan kecepatan itu membawa saya secara tiba-tiba ke waktu yang telah ditentukan. Jam 10.00 WIB tepat saya tiba di lokasi, duduk, dan menanti kedatangan teman saya. Ia pun datang dengan sedikit terburu-buru. Perasaan sedikit bersalah terlihat ketika ia menatap saya yang telah duduk sembari meminum segelas Cortado dan memotong cheese cake yang saya pesan. Ia pun segera ke bar dan memesan segelas Daruma Craft Drink sebelum kemudian menghampiri saya. Ia duduk dan segera menjelaskan kebingungannya atas pilihan pekerjaan yang harus segera ia ambil dalam dua jam ke depan. Saya pun mendengarkan. Ia menceritakan tentang pekerjaan yang belum lama ini ia terima, yang baru ia sadari bahwa pekerjaan itu tak seperti yang ia inginkan. Klasik. Cerita semakin klasik ketika tawaran lain datang hanya berselang dua minggu. Ia ingin meninggalkan pekerjaan yang baru saya ia sepakati untuk pekerjaan baru yang sedang ditawarkan ke dirinya. Sekali lagi, klasik. Kebingungan ia semakin menjadi-jadi karena ia harus menyampaikan tanggapan atas tawaran pekerjaan baru ini selepas makan siang hari ini.
Ia terus bercerita, menjelaskan keuntungan dan kerugian dari masing-masing keputusannya yang nanti akan diambilnya. Ia lebih seperti sedang berbicara pada dirinya sendiri, saya hanya mendengarkan dengan sesekali berdehem, mengangguk, atau sekedar meminum minuman saya. Ia sedang meyakinkan dirinya sendiri. Hanya butuh orang untuk mendengarkan isi kepalanya. Waktu berlalu dua jam, tampaknya ia telah membuat keputusan. Ia meminta undur diri sembari meminta maaf karena merepotkan. Saya masih duduk sembari melihatnya keluar dari gerai kopi ini melalui kaca yang menghadap langsung ke tempatnya memarkir motor.
*Di tengah cerita klasik dan panjang itu, tanpa rasa bersalah saya justru tenggelam menyelami detil dari gerai kopi ini. Cahaya yang menembus dari dinding kacanya yang tembus pandang dan besar ini jatuh di tiap makanan kami yang berserak di atas meja kayu. Sepi, lambat, dan hanya perlahan suara deru motor, dan tentu saja suara teman saya yang tidak menyadari jika pikiran dan telinga saya justru sedang tidak berada di tempat yang sama dengannya.
Buat toko online cuma 20 detik! Hanya Rp 99ribu/bulan. Coba sekarang GRATIS 15 hari. Kunjungi Jejualan Jasa Pembuatan Toko Online.
Cerita-Cerita dalam Sebuah Gerai Kopi: Maison Daruma
(Dito/DISKON.com)
Lokasi:
Nama Resto : Maison Daruma
Alamat :Jl. Ipda. Tut Harsono, Timoho, Jogja
Harga Per Porsi makan dan minum : Rp 25.000,-
Jam Operasional : 10.00 – 23.00
Rating :
Latitude: | Longitude: |
Tags : Kuliner, Jogja, Kopi, Coffee, Nongkrong, Daruma Craft Drink
Komentari kuliner ini