Wisata Kuliner Jogja

Wisata Kuliner Jogja

Home » Cafe

Cerita-Cerita dalam Sebuah Gerai Kopi: Panasea

Cerita-Cerita dalam Sebuah Gerai Kopi: Panasea Jogja

Seorang teman terlihat berjalan dengan sangat tergesa akibat terlambat untuk bertemu dengan saya. Saya melihat jam dan mengingatkan padanya bahwa ia hanya terlambat 15 menit saja. Bukan masalah yang besar, dan ia pun tak perlu tergesa-gesa.

Rupanya alasan ia tergesa bukan semata-mata karena terlambat namun karena ia begitu bersemangat. Awalnya saya tak tahu untuk apa ia bersemangat bertemu dengan saya toh hari ini tak ada yang istimewa. Setelah duduk, saya pun menyuruhnya untuk memesan minum terlebih dahulu dan menenangkan badan. Sepertinya ia cukup lapar, dan hal ini terlihat dari pesanannya, segelas latte dan seporsi healthy breakfast. Ia tak peduli meski di meja tersebut masih terdapat kentang goreng pesanan saya namun ia memutuskan memesan makan begitu saja. Selepas memesan menu, ia pun langsung bercerita, nyerocos soal koleksi foto keluarga yang ia temukan. Foto keluarga ini bukan foto keluarganya. Ia pribadi hanya membelinya dari tukang loak tanpa tahu asal pemilik foto-foto ini. Ia menyebutnya sebagai foto yatim piatu, sedangkan saya memilih untuk menyebut foto-foto tersebut dengan istilah foto tak bertuan.

Ia membuka lembar demi lembar foto. Menjelaskan satu per satu ketertarikannya pada foto-foto ini. Beberapa diantaranya tampak keseharian dan tak istimewa namun beberapa lainnya berhasil menunjukkan kekuatan narasi foto-foto tersebut. Ia mencoba merangkai satu cerita dari foto-foto tak bertuan ini. Beberapa sangat serius dan politis, beberapa lainnya masih sekedar kategori-kategori sederhana saja. Tiba-tiba, setelah ia mulai menyantap menu sarapannya yang terdiri dari omellete, baked bean, dan kentang goreng tersebut, ia bertanya apakah saya memiliki foto keluarga yang banyak. Saya menjawab bahwa saya memilikinya. Ia pun mengangguk dan berkata jika ia tak memiliki satu album pun foto keluarga. Foto-foto yang ia miliki tentang keluarganya terpencar satu sama lain. Hal ini lah yang kemudian membuatnya merasa penting untuk meneliti keberadaan album-album foto ini. Ia menyebutnya aksi mengkoleksi ini adalah balas dendamnya atas ketiadaan album foto keluarga di rumahnya.

Saya pun menjadi teringat atas album-album foto keluarga saya tersebut. Semuanya berderet tidak rapi, sudah mulai dimakan rayap, dan tak terawatt. Kebanyakan album foto keluarga saat ini memang tak pernah berbentuk fisik buku. Semua telah beralih ke dijital. Melihat aktivitas ini, saya pun mulai bertanya; dalam situasi semacam apa akhirnya sebuah album foto dibuang? Saya tak punya jawabannya saat itu, begitu pula teman saya. Sepertinya album foto terlalu sayang untuk dibuang. Di penghujung hari, selepas semua menu habis dan album foto tertutup, tiba-tiba saya memiliki jawaban sederhana atas pertanyaan saya sebelumnya. Mungkin, keputusan untuk menjual album foto bukan keputusan yang perlu diromantisir. Mungkin, keputusan itu hadir sesederhana bahwa mereka, para pemilik foto harus berpindah rumah.

*Ia bercerita dengan cepat namun tangannya bergerak lambat karena ia tak ingin merusak foto-fotonya namun di saat yang sama ia ingin menyantap menu sarapannya dengan santai. Saya memilih untuk mendengarnya dengan seksama sembari menghabiskan secangkir kopi V60 yang kuat, yang membuat saya terus fokus selama mendengarkan cerianya.

 

Panasea

Jl. Raya Tajem KM 1.5, Maguwo, Jogja

07.00 – 24.00 WIB

Buat toko online cuma 20 detik! Hanya Rp 99ribu/bulan. Coba sekarang GRATIS 15 hari. Kunjungi Jejualan Jasa Pembuatan Toko Online.

Cerita-Cerita dalam Sebuah Gerai Kopi: Panasea

(Dito/DISKON.com)


Lokasi:

Nama Resto : Panaseia

Alamat :Jl. Raya Tajem KM 1.5, Maguwo, Jogja



Harga Per Porsi makan dan minum : Rp 20.000,-

Jam Operasional : 07.00 – 24.00 WIB

Rating :

Latitude: Longitude:

Tags : Kuliner, Jogja, Nongkrong, Kopi, Coffee, Manual Brew


Komentari kuliner ini


© 2013 MakanJogja.com | Wisata Kuliner Jogja | Kontak Tim Makanjogja | hosted by IDwebhost Page loaded in 0.0690 second.