Cerita-Cerita dalam Sebuah Gerai Kopi: Semeja Coffee
Setelah cukup lama tak bertemu, dan mendengar desas-desus perihal rencananya untuk menempuh pendidikan di luar negeri, seorang teman yang sudah cukup lama saya kenal mengajak untuk bertemu di sebuah gerai kopi. Dengan alasan kesibukannya, ia mengajak saya bertemu di Semeja Coffee, sebuah gerai kopi di seputaran area Pakuningratan, Jogja yang tak jauh dari tempat kerjanya.
Ajakan bertemu ini telah saya nantikan, dan untuk alasan itu saya rela sedikit mencuri waktu di jam makan siang untuk bertemu dengannya meski secara jarak terbilang tak dekat dari lokasi kerja saya. Berangkat sekitar 15 menit sebelum jam makan siang, saya tiba di lokasi tepat pukul 12.00 WIB. Kami tiba di waktu yang nyaris bersamaan. Kami memesan dua gelas kopi, dan dua menu pengganjal perut sebelum mencari makan siang yang sungguhan. Setelah duduk, ia mengeluarkan sebuah undangan yang tampak terbungkus rapi. Undangan tersebut adalah undangan pernikahan, yang akan ia helat sebelum keberangkatannya menuju Norwegia untuk bersekolah. Saya sedikit terkejut, dan secara spontan memberikan selamat kepadanya. Saya sedikit terkejut karena kabar mengenai pernikahannya tidak pernah sampai ke telinga saya. Kabar yang saya dengar sebatas rencana keberangkatannya untuk bersekolah di luar negeri. Dengan sedikit malu, ia menjelaskan jika keputusan ini terdengar mendadak namun semuanya demi kebaikannya selama bersekolah.
Saya pun mulai mendengarkan dengan lebih seksama karena saya tak paham dengan apa yang ia maksud demi kebaikannya. Ia mulai menjelaskan tentang munculnya ketakutan-ketakutan yang awalnya tak pernah ia ataupun pasangannya pikirkan. Tentang kemungkinan terpisah oleh jarak dan waktu, maupun kemungkinan untuk berpisah karena beberapa hal lainnya. Untuk mengurangi resiko tersebut, ia dan pasangannya memutuskan menikah. Ia pun mengakui jika keputusannya terbilang mendadak namun semua sudah dipersiapkan dengan baik. Saya yang saat itu mendengarkannya sembari menyantap cireng lembut dengan sambalnya yang cukup pedas pun hanya bisa turut mendukung segala rencana yang tengah dipersiapkannya. Mungkin, terpisah oleh jarah dan waktu memang membutuhkan kepastian, salah satunya pernikahan. Saya sendiri tak pernah tahu karena seumur hidup saya selalu berada di kota yang sama, dengan hubungan percintaan yang sama pula.
Menurut ceritanya, ia akan bersekolah selama dua tahun. Pasangannya akan menyusulnya sekitar empat-enam bulan setelah pernikahan karena harus mengurus berbagai keperluan untuk pindah kependudukan. Ia sendiri mengaku tak mempunyai rencana yang matang terkait kepindahan ini tapi yang pasti ia akan fokus untuk segera menyelesaikan sekolahnya. Rencana apakah akan pulang atau terus di negeri orang, ia tak tahu. Untuk itulah acara pernikahan ini dilaksanakan. Sebagai perayaan, sekaligus perpisahan dengan teman-teman dan keluarga.
*Meski masih ingin bertahan di gerai kopi yang nyaman ini namun waktu tak bersepakat. Seolah ia berputar dengan kecepatan yang berbeda, yang membuat kami harus kembali ke pekerjaan kami. Untunglah kami sempat memakan seporsi cireng dan pisang berbalut kulit lumpia yang cukup mengenyangkan sehingga kami tak perlu mencari tambahan makan siang.
Semeja Coffee
Jl. Pakuningratan, Jogja
10.00 – 23.00 WIB
Buat toko online cuma 20 detik! Hanya Rp 99ribu/bulan. Coba sekarang GRATIS 15 hari. Kunjungi Jejualan Jasa Pembuatan Toko Online.
Cerita-Cerita dalam Sebuah Gerai Kopi: Semeja Coffee
(Dito/DISKON.com)
Lokasi:
Nama Resto : Semeja Coffee
Alamat :Jl. Pakuningratan, Jogja
Harga Per Porsi makan dan minum : Rp 25.000,-
Jam Operasional : 10.00 – 23.00 WIB
Rating :
Latitude: | Longitude: |
Tags : Kuliner, Jogja, Nongkrong, Kopi, Coffee, Manual Brew
Komentari kuliner ini