Awalnya saya pikir nama “Sabar Menanti” dari warung bakmi ini mengandung nilai filosofi tertentu namun sepertinya saya sedikit keliru. Sepertinya nama ini muncul sebagai bentuk pernyataan agar para pengunjung rela untuk menanti datangnya pesanan yang konon memakan waktu cukup lama.

Yup, saya sudah membuktikan hal tersebut. Setidaknya saya perlu satu jam untuk menanti satu porsi bakmi goreng datang ke meja saya. Sebenarnya hal ini bukan dikarenakan lambatnya proses namun lebih kepada banyaknya pengunjung yang tidak diikuti dengan banyaknya tungku untuk memasak. Warung ini sudah sejak lama hanya memasak menggunakan satu tungku memasak, dan dalam satu kali masak hanya memasak satu porsi saja.

Meski harus sabar, tapi warung ini seolah tak kekurangan penggemar. Bahkan bisa dibilang penggemarnya sangat banyak. Warung ini seolah tak pernah sepi dari pengunjung. Berangkat dari pengamatan ini, saya pun menaruh harapan tinggi pada warung ini, dan saya yakin bahwa rasanya tidak mungkin mengecewakan. Dan kini tibalah saatnya pesanan saya datang, dan saya pun siap untuk segera menyantapnya.

Sendok pertama saya begitu mengejutkan. Rasanya begitu lezat. Perpaduan rasa manis khas masakan Jawa bercampur dengan gurihnya campuran berbagai bumbu menciptakan satu komposisi rasa yang lezat. Yang saya heran, bakmi ini rupanya menyelipkan rasa pedas di lidah. Rasa yang cukup jarang saya temui di warung-warung bakmi Jawa pada umumnya. Semua rasa ini seolah menyatu menjadi satu kesatuan rasa yang lengkap dan kaya.

Lamanya penantian ini seolah melatih kesabaran dan memberikan klimaks ketika akhirnya berhasil menyantap bakmi super lezat ini. Oiya, warung yang terletak di Jl. Kol. Sugiyono (tepat di halaman depan komplek Museum Perjuangan Jogja) ini buka mulai pukul 17.00 WIB.

Tags : Kuliner, Jogja, Bakmi