Beberapa waktu yang lalu saya mengunjungi rumah seorang teman yang lokasinya berada di Madukismo, Jogja. Awalnya, kami janjian pukul 18.00 WIB namun karena ada urusan mendadak, teman saya memutuskan untuk menunda sekitar 30 menit karena dia terjebak macet di jalan. Berhubung saya sudah berada di kawasan Madukismo maka saya pun memutuskan untuk mencari makan malam dulu sebelum menyambangi rumah teman saya tersebut. Setelah melewati perempatan Ringroad – Madukismo dari arah utara, saya melajukan motor ke arah pabrik gula. Sekitar 200 meter utara perempatan pabrik gula Madukismo, saya melihat sebuah warung sate kambing yang tampak menggoda. Sebenarnya tak ada yang menarik dari penampilan warung ini namun banyaknya pengunjung yang hadir di dalam warung mungil itu membuat saya penasaran. Akhirnya saya memutuskan untuk mampir bersantap malam di warung Mbah Atmo ini ketimbang harus mencari dan membuang waktu lebih banyak. Setibanya di dalam warungnya, saya melihat sebuah menu yang terasa janggal, yaitu Sate Kambing Masak. Harganya yang tidak mahal, Rp. 18.000, dan namanya yang unik membuat saya penasaran. Setelah dimasak, menu ini hadir di hadapan saya. Menu bernama sate kambing masak ini rupanya terlihat sama dengan menu tongseng. Awalnya saya mengira jika bapak yang berjaga salah mengirimkan menu namun setelah saya tanyakan, memang menu tersebutlah yang saya pesan. Dari penjelasan bapak tersebut, saya baru tahu jika sate kambing masak adalah sate kambing dan tongseng. Daging kambing yang menjadi isian tongseng terlebih dulu dibakar, baru kemudian disajikan bersama kuah tongseng. Saya mencicipi kuahnya terlebih dulu. Rasa gurih, spicy, dan manis berpadu dengan sangat pas di lidah. Tak berbeda dari menu tongseng di warung-warung lainnya. Hal ini berubah ketika saya mulai menyantap daging kambingnya. Teksturnya yang lembut dan memiliki rasa gurih ini terasa istimewa karena menghadirkan rasa terbakar yang membuat menu ini terasa semakin kaya dan unik. Satu sentuhan yang berbeda membuat menu ini menjadi menu yang lezat. Hanya dengan memasukkan daging kambing yang sebelumnya telah dibakar membuat menu yang awalnya terasa biasa saja ini menjadi sangat memikat. Untuk saya, hal ini menjadi kejutan yang menyenangkan ketika menyantap menu ini. Dengan lahap, saya menghabiskan satu porsi menu sate kambing masak ini. Potongan daging kambing yang banyak, unik, dan lezat, berpadu dengan rasa kuahnya yang kaya akan rasa ini benar-benar menjadi penutup hari yang menyenangkan. Selepas perut kenyang dan puas, saya pun perlahan kembali melanjutkan perjalanan menuju rumah teman saya. Sate Kambing Mbah Atmo Madukismo (200 meter utara perempatan perempatan Pabrik Gula Madukismo), Jogja 11.00 – 21.00 WIB

Tags : Kuliner, Jogja, Sate, Sate Kambing, Sate Kambing Masak