Cerita-Cerita dalam Sebuah Gerai Kopi: Rumah Budhe
Di ujung akhir tahun ini, saya beserta dua orang teman baik berkumpul. Seperti biasanya, kami memilih gerai kopi sebagai titik kumpul, dan Rumah Budhe adalah gerai kopi yang kami pilih malam tersebut. Awalnya, ini hanya sebatas pertemuan rutin kami ketika ia singgah-pulang sebentar ke kota ini. Mungkin kami telah berpisah sedikit lebih lama dari biasanya, dan mungkin banyak hal yang kami alami di masa perpisahan itu sehingga malam itu menjadi sedikit lebih reflektif.
Seorang dari kami mulai bercerita tentang pasangan barunya. Pasangan barunya ini bukan orang lama yang sudah ia kenal. Ia benar-benar baru. Tak lebih dari satu minggu ia mengenalnya. Ia mulai bercerita panjang lebar tentang pertemuan singkat yang berujung pada komitmen untuk menjalin hubungan tersebut. Menurutnya, semua terasa cepat namun tidak berarti penuh keraguan. Umur kami bertiga sepantaran, dan menurutnya pada umur-umur tersebut ada hal-hal yang dapat dilewati dengan lebih cepat. Hal-hal yang dapat dipotong karena memang maknanya sudah hilang, dan ada hal-hal yang kemudian langsung disepakati meski hal-hal tersebut tak diucapkan di pertemuan-pertemuan awal. Untuknya fase pendekatan terasa lebih efektif dan efisien. Take it or leave it kalau meminjam istilah yang ia sebutkan.
Seorang teman lainnya menyetujui hal-hal tersebut. Kali ini, ia yang kebetulan sudah menjalin hubungan lebih lama pun menjelaskan perihal kesepakatan-kesepakatan yang langsung dibuat di awal-awal komitmen tersebut terjadi. Untuknya, ketiadaan kesepakatan akan membuat arah hubungan menjadi tidak jelas, seperti hubungan-hubungan percintaan yang umumnya dilakukan oleh remaja. Menurutnya ia sudah tidak punya waktu untuk itu. Pilihan dia benar-benar cuma dua, serius atau fun. Serius menuntut komitmen lengkap dengan berbagai kesepakatan lainnya, sedangkan fun bisa dilakukan dalam hitungan hari saja dan tidak ada ikatan eksklusif apapun. Pilihannya benar-benar hanya dua, titik ekstrim satu dengan titik ekstrim yang lainnya. Kebetulan ia dan pasangannya memilih serius, tak heran jika kemudian ia sudah menata segala halnya dengan lebih terperinci.
Mendengar cerita kedua teman saya tersebut, saya hanya dapat diam sembari memakan sistagor, yang merupakan singkatan dari sosis kentang goreng, dan sesekali meminum es kopi susu saya. Saya berada di umur yang sama namun saya tidak berada di posisi yang sama, dan untuk itulah saya lebih banyak mendengar ketimbang memberikan tanggapan. Hanya sesekali saya menimpali, dan selebihnya saya hanya mengangguk kepala pada waktu-waktu yang dibutuhkan.
*Semua percakapan ini terjadi di tengah keramaian mahasiswa yang memadati gerai kopi ini, dan menghabiskan segelas es kopi susu, segelas v60, serta 120 menit menjelang pergantian hari.
Buat toko online cuma 20 detik! Hanya Rp 99ribu/bulan. Coba sekarang GRATIS 15 hari. Kunjungi Jejualan Jasa Pembuatan Toko Online.
Cerita-Cerita dalam Sebuah Gerai Kopi: Rumah Budhe
(Dito/DISKON.com)
Lokasi:
Nama Resto : Rumah Budhe
Alamat :Jl. Bougenville, Selokan Mataram, Jogja
Harga Per Porsi makan dan minum : Rp 20.000,-
Jam Operasional : 10.00 – 01.00 WIB
Rating :
Latitude: | Longitude: |
Tags : Kuliner, Jogja, Kopi, Coffee, Nongkrong, Es kopi susu, single origin
Komentari kuliner ini